Bagikan:

JAKARTA - Ukraina kehilangan setengah dari produksi listrik musim dingin negara itu sejak Februari 2022 menurut Komisaris Energi Eropa Kadri Simson. Ia menyalahkan Rusia untuk hal tersebut.

"Hingga saat ini, Rusia telah menghancurkan atau merebut sekitar 9GW produksi listrik Ukraina. Ini adalah setengah dari listrik yang dibutuhkan Ukraina di musim dingin," tulis Simson dalam sebuah artikel untuk Financial Times dilansir via Sputnik-OANA, Senin, 19 Agustus.

Simson, dalam artikel itu juga menyatakan kehancuran produksi 9 gigawatt listrik Ukraina tersebut setara dengan puncak konsumsi listrik Portugal, negara yang berpenduduk lebih dari 10 juta orang.

Simson memperingatkan akan risiko bencana kemanusiaan yang sangat tinggi, dan menyerukan negara-negara Barat untuk "meningkatkan upaya logistik dan bantuan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Fasilitas pembangkit listrik Ukraina harus dipulihkan dan diaktifkan jika memungkinkan, generator terdesentralisasi skala kecil harus dipindahkan ke negara tersebut, dan panel surya harus dipasang di atap gedung "secepat mungkin," saran Simson, di antara langkah-langkah lainnya.

Komisaris tersebut telah menyerukan kepada semua pihak  "yang memiliki kemampuan membantu Ukraina" untuk melakukannya sebelum musim dingin tiba.

Rusia telah melakukan serangan presisi tinggi dengan rudal dan drone pada fasilitas listrik Ukraina.

Pada awal April, perusahaan energi Ukraina DTEK mengumumkan rencananya untuk sudah memulihkan sebanyak mungkin pembangkit listrik yang rusak -- paling lambat Oktober.

Sementara, operator jaringan listrik Ukrenergo mengatakan pemulihan fasilitas energi besar dapat memakan waktu hingga beberapa tahun.

Ukrenergo pada April memperingatkan bahwa Ukraina akan terus menghadapi kekurangan daya listrik.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa kerusakan pada infrastruktur energi memaksa jaringan listrik untuk beroperasi pada kapasitas maksimum.

Ukraina pada Juni mengimpor listrik sebesar 858.400 megawatt per jam dari Uni Eropa, yaitu enam persen lebih banyak daripada sepanjang 2023, kata pusat analisis Ukraina, DiXi Group.