Bagikan:

JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Henri Subiakto menggebuk salah satu sosok usai mundurnya Airlangga Hartarto dari pucuk pimpinan Partai Golkar. 

Hendri menyebut sosok ini menunjukan sikap yang panik, resah dan makin tak percaya diri hingga memainkan skenario politik untuk menguasai salah satu partai politik besar. 

Dalam cuitannya di laman X, Henri tak menyebut nama sosok itu secara terang-terangan atau partai politik mana yang dimaksud. Namun, dalam penjelasan terakhir cuitan yang diunggah di laman X @henrysubiakto, Henri menyebut sosok itu adalah 'Ki Lurah.' Cuitan bertepatan dengan mundurnya Airlangga dari partai Golkar, Minggu kemarin.

Hendri menyebut sosok ini belum merasa aman dengan situasi yang sebelumnya sudah dikondisikan.

"Saya senang lihat dia memainkan politik dengan skenario yang makin berani dan makin nekad di bulan-bulan terakhir ini. Itu menunjukkan sikap panik, resah, dan makin tidak percaya diri. Atau belum  merasa aman dengan keadaan yang sudah banyak mengikuti kehendaknya," kicau Henri.

"Di sisi lain ontran ontran (Pembantaian massal, RED) ini juga menunjukkan bhw orang yg sudah “dipilihnya” untuk menggantikan posisi dirinya di masa depan, dirasakannya makin menghawatirkan, bahkan berpotensi bisa membahayakan keadaan diri dan keluarganya," cuitnya. 

Alhasil, skenario menguasai partai besar yang sudah lama tersandera dimainkan. Partai ini bakal menjadi kekuatan jangka panjang yang bisa 'dimiliki' atau dikendalikan lewat kekuatan jaringan dinasti dan para punggawa. 

"Baginya tanpa memiliki sepenuhnya dan mengendalikan partai besar, dia merasa tak ada yg bisa menjamin kelangsungan kekuasan dan kemuliaannya," 

"Maka Sang Pangeran “Lesmono mondro Kumoro” pun ada kemungkinan didapuk, diarahkan dengan kekuasaan yg lebih diperbesar bisa menguasai partai besar. Sedang partai kecil yg dikuasai sang adik diperkirakan tak bisa dihandalkan untuk permainan kekuasaan di masa depan," tambah Henri. 

Henri bilang, tak ada yang tak mungkin dalam politik. Menguasai salah satu partai besar bisa dilakukan dalam waktu singkat.

"Intinya tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Sudah saatnya upaya penguasaan Partai besar bisa dilakukan dalam waktu singkat sebelum  Prabu Geduwelbeh lengser keprabon. Demikian kemauan atau “Karepe Ki Lurah Petruk Sing Lagi Dadi Ratu”," tulisnya. 

Airlangga Hartarto mengumumkan pengunduran dirinya dari Ketua Umum DPP Partai Golkar di Jakarta, Minggu, 11 Agustus. Airlangga menjelaskan alasan mundur karena ingin menjaga keutuhan Partai Golkar dan memastikan stabilitas selama transisi pemerintahan dari Presiden RI Joko Widodo ke Presiden terpilih Prabowo Subianto.

"Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua umum DPP Partai Golkar,” kata Airlangga dalam video tersebut. 

Dewan Pakar DPP Partai Golkar menyebutkan sejumlah sosok yang berpotensi menggantikan Airlangga sebagai ketua umum, di antaranya Agus Gumiwang Kartasasmita, Bambang Soesatyo, Bobby Adhityo Rizaldi, dan Firman Subagyo.