Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengakui kesulitan menyalamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) Suhendri alias Hendri yang diculik sekelompok orang di Myanmar. Sebab menurutnyaHal ini terjadi karena negara itu dikuasi kelompok bersenjata.

“Mengeluarkan WNI dari wilayah tersebut (Myawaddy) sangat sulit karena dikuasai kelompok bersenjata,” tulis Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kemlu, Senin, 12 Agustus.

Bahkan, ia menyebut jika Pemerintah Pusat Myanmar pun kesulitan untuk menjangkau para korban yang menjadi penyekapan komplotan pelaku.

“Otoritas pusat Myanmar sendiri pun tidak dapat menjangkau,” ujarnya.

Kendati demikian, Pemerintah Indonesia melalui Kemlu RI dan KBRI Yangon akan berupaya menyelamatkan korban penyekapan dan penyiksaan komplotan pelaku di Myanmar.

“Pemerintah Indonesia melalui KBRI Yangon terus mengupayakan agar WNI yang berada di wilayah sana bisa keluar dengan selamat,” ungkapnya.

Sebagai informasi negara Myanmar tengah dilandak konflik perang saudara. Dimana, berbagai pertempuran melawan kelompok-kelompok bersenjata yang tersebar di berbagai wilayah dan negara bagian.

Media independen Myanmar, The Irrawaddy, melaporkan pasukan militer rezim berhasil dipukul mundur oleh Pasukan Pertahanan Rakyat (People's Defense Force/PDF) dan organisasi etnis bersenjata (ethnic armed organizations/EAO) setelah terlibat pertempuran di negara bagian Karen dan Shan serta wilayah Sagaing dan Mandalay.

Sejak Oktober, kelompok-kelompok perlawanan telah berhasil merebut sebagian besar wilayah di Myanmar. Umumnya, wilayah-wilayah yang direbut berada di dekat perbatasan.

Indonesia pun menyadari dengan situasi di Myanmar saat ini memiliki akar masalah yang panjang.

Bahkan beberapa WNI terjebak dalam situasi pertempuran di Myanmar.

Suhendri alias Hendri dikabarkan diculik sekelompok orang di Myanmar. Hendri datang ke negara tersebut karena diimingi pekerjaan dengan gaji ratusan juta.

Setibanya di tempat tujuan, Hendri justru diajak sekelompok pria dengan logat Malaysia. Sejak itu Hendri sulit dihubungi oleh pihak keluarga. Namun, Hendri terkadang menghubungi keluarganya di Jakarta untuk meminya uang tebusan mencapai Rp500 juta.