Bagikan:

DEPOK – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaporkan ada hubungan antara kualitas air minum dengan penurunan prevalansi stunting di Depok.

Prevalensi balita stunting di Kota Depok pada Agustus 2023 tercatat sebesar 3,24 persen atau sekitar 3.283 balita dari 101.331 balita yang diukur, menurut data Dinas Kesehatan Kota Depok.

Meskipun terjadi penurunan, tantangan stunting di Depok masih serius, terutama karena beberapa kelurahan menunjukkan peningkatan kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam upaya menekan angka stunting, Indonesian Hydration Working Group (IHWG) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Leuwinanggung, Depok, Kamis, 8 Agustus.

Fokus utama kegiatan ini adalah pentingnya kualitas air minum sebagai faktor penting dalam pencegahan stunting.

Ketua IHWG FKUI, Dr Diana Sunardi, menegaskan bahwa permasalahan dehidrasi tidak hanya terkait jumlah air minum yang dikonsumsi, tetapi juga kualitasnya.

“Penelitian menunjukkan bahwa air minum yang tercemar dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan sumber air minum kita aman dan bebas dari kontaminasi,” kata Diana dalam pernyataan tertulis yang diterima Jumat, 9 Agustus.

Ketua Program Pengabdian Masyarakat IHWG FKUI dr Nurul Ratna Mutu Manikam menambahkan bahwa air minum yang tercemar bakteri seperti E. Coli atau koliform bisa menyebabkan penyakit infeksi seperti diare.

Infeksi yang terjadi berulang kali tanpa penanganan tepat dapat mengakibatkan anak-anak kekurangan gizi, sehingga menghambat pertumbuhan dan meningkatkan risiko stunting.

Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 31,3  persen sumber air minum rumah tangga di Indonesia yang tidak tercemar bakteri E Coli. Ini menandakan masih banyak sumber air minum yang belum memenuhi standar air layak minum.

“Sebelum memilih sumber air minum, pastikan keamanannya dan jaraknya minimal 10 meter dari tempat pembuangan limbah. Juga, pastikan air tidak berbau, berwarna, atau berasa, serta bebas dari bahan kimia berbahaya dan kontaminasi bakteri,” saran Nurul

Sementara Hydration Science Consultant AQUA, Dr Tria Rosemiarti yang juga mendukung kegiatan ini, menekankan pentingnya menjaga kualitas sumber air dan proses produksinya.

“Sumber air yang baik dan proses produksi yang terintegrasi serta sesuai standar BPOM dan pemerintah akan menjaga kemurnian air. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa air yang kita konsumsi aman dan berkualitas,” ujarnya.

Sedangkan Kepala Kelurahan Leuwinanggung Titin Sumarsih, menyambut baik kegiatan yang dihadiri oleh kader PKK, posyandu, posbindu, bunda PAUD, dan PEKKA dan mengapresiasi tim IHWG dan FKUI yang telah memberikan edukasi tentang pentingnya kualitas air minum.

“Kami berharap kader-kader dapat meneruskan pengetahuan yang telah diperoleh kepada masyarakat lainnya,” katanya.