Bagikan:

SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) mencatat sepanjang 2024 terdapat 27 kabupaten/kota di Jatim mengalami kekeringan. Hal itu ditandai dengan penetapan status darurat kekeringan.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto mengungkapkan, sejumlah daerah yang telah menetapkan status darurat kekeringan, yakni Kabupaten Lamongan, Bangkalan, Bondowoso, Gresik, Lumajang, Situbondo, Sampang, Pamekasan, Banyuwangi, Bojonegoro, Blitar, Ponorogo, Jombang, Tulungagung, Pacitan, Malang, Mojokerto, Probolinggo, Ngawi, Tuban, Trenggalek, Jember, Pasuruan, Sumenep, Magetan, Kediri, dan Kota Batu.

"Dari jumlah tersebut, mayoritas menetapkan daerahnya dalam status siaga darurat kekeringan. Namun, ada empat daerah yang menetapkan status tanggap darurat kekeringan, yakni Kabupaten Jombang, Kabupaten Blitar, Lumajang, dan Pacitan,” kata Gatot.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam upaya menanggulangi kekeringan tersebut adalah melakukan dropping air bersih. Terbaru, dropping air bersih dilaksanakan di Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto

Dari data yang ada, terdapat 4.937 jiwa atau sekitar 1.556 KK warga Desa Kunjorowesi yang menerima bantuan dropping air bersih. Selain bantuan air bersih, BPBD Jatim juga menyerahkan bantuan logistik penanganan kekeringan berupa tandon berkapasitas 1.200 liter sebanyak 20 unit, tandon lipat 10 unit, terpal 100 lembar, dan jeriken sebanyak 200 unit.

Bantuan didistribusikan tidak hanya untuk masyarakat Kunjorowesi, tetapi juga diberikan kepada warga Desa Manduro Mangung Gajah, Kecamatan Ngoro dan Desa Duyung, Kecamatan Trawas, yang keduanya juga mengalami kekeringan.

Gatot mengakui, kekeringan di Desa Kunjorowesi terjadi setiap tahun. Selama ini, BPBD Kabupaten Mojokerto juga telah melakukan dropping air bersih dengan anggaran yang dimiliki.

"Saat ini kami mendukung dari anggaran yang ada di provinsi.  Alhamdulillah, kami juga memberikan bantuan tandon, tandon lipat, terpal, dan jerigen," ujarnya.

Selain dropping air bersih, BPBD Jatim bersama BPBD Kabupaten Mojokerto juga terus berupaya mencari solusi penanganan kekeringan di Desa Kunjorowesi secara permanen. Upaya mencari solusi tersebut dilakukan dengan melibatkan kalangan perguruan tinggi.

"Beberapa upaya sebetulnya sudah pernah dilakukan, namun belum berhasil. Rencananya, kita akan terus berikhtiar mencari solusi lainnya," pungkasnya.