JAKARTA - Israel bersiap menghadapi serangan balasan. Layanan ambulans Israel bersiap menyediakan pasokan darah di pusat bawah tanah yang dibentengi.
Pabrik-pabrik memindahkan bahan-bahan berbahaya, sedangkan pemerintah kota memeriksa tempat perlindungan bom dan pasokan air sementara negara itu menunggu ancaman serangan dari Iran dan sekutunya.
Israel telah memperkuat wilayahnya selama berbulan-bulan dan banyak persiapan telah dilakukan sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, ketika ribuan pria bersenjata pimpinan Hamas melancarkan serangan lintas batas yang menghancurkan terhadap komunitas Israel.
Namun tingkat kegentingannya telah meningkat tajam selama 10 hari terakhir karena gerakan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon selatan mengancam akan berubah menjadi perang regional besar-besaran.
“Saya tahu bahwa warga Israel waspada, dan saya meminta satu hal kepada Anda – tetap bersabar dan tenang,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Rabu, 7 Agustus saat bertemu dengan anggota baru tentara.
“Kami siap bertahan dan menyerang, kami menyerang musuh kami dan juga bertekad untuk mempertahankan diri,” ujarnya dilansir Reuters.
Israel kini menghadapi ancaman perang multifront, menghadapi serangkaian gerakan militan – Hamas, Hizbullah, Houthi di Yaman, yang semuanya didukung dan didanai oleh musuh lamanya, Iran.
Serangan diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang menyusul janji Iran dan Hizbullah untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pekan lalu dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
BACA JUGA:
Setelah berbulan-bulan dilanda kekhawatiran dan serangan ratusan rudal Iran pada April yang digagalkan oleh pertahanan udara Israel dan bantuan sekutu internasional, Israel kini sudah terbiasa dengan krisis ini.
Puluhan ribu orang dievakuasi dari wilayah utara dengan jangkauan roket Hizbullah pada awal perang dan banyak wilayah perbatasan kini memiliki udara yang sepi dan sepi.
Namun pemboman yang berkepanjangan dari persenjataan roket Hizbullah dapat menjangkau lebih jauh ke dalam negara tersebut hingga ke sasaran-sasaran sensitif seperti kota pelabuhan Haifa di Israel utara, yang berada dalam jangkauan yang jauh.
Rumah Sakit Rambam di kota itu telah bersiaga sejak Oktober lalu dan telah menyiapkan fasilitas bawah tanah berbenteng tiga lantai untuk merawat pasien.
“Kami menunggu untuk melihat apa yang terjadi,” kata David Ratner, juru bicara rumah sakit.