Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan segera membangun kantor dan wisma di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal itu disampaikan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat meninjau lokasi, Sabtu 3 Agustus 2024.

“Kita melihat calon kantor BNPB. Lahan sudah ada. Ini suasananya bagus. Semoga segera kita bisa bangun dan pindah ke sini. Dengan begitu penanganan bencana di seluruh wilayah Indonesia bisa dilaksanakan dari tempat ini sebagai pusat pemerintahan,” ujar Suharyanto dilansir ANTARA, 4 Agustus.

Keberadaan kantor BNPB di wilayah IKN tentunya akan memberikan dukungan penuh untuk menjaga ketahanan di bidang kebencanaan. Tidak hanya di wilayah IKN saja, kehadiran BNPB di jantung Indonesia itu juga akan memperkuat ketangguhan bangsa sebagai sentral penanggulangan kebencanaan dengan fokus utama mengurangi risiko bencana, sebagaimana yang menjadi arahan Presiden Joko Widodo untuk selalu memaksimalkan upaya pencegahan.

“Nantinya ini akan menjadi sentral penanggulangan bencana di Tanah Air, dari sabang Sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote bisa kita tangani lebih baik lagi,” ungkap Suharyanto.

Kantor BNPB di kawasan IKN ini nantinya akan memiliki luas lahan kurang lebih 1,5 hektare. Di sebelah kiri kantor BNPB akan berdiri gedung Basarnas dan di samping kanannya adalah kantor Kementerian Pariwisata. Pembangunan kantor baru BNPB nantinya akan mengusung konsep IKN yang ramah lingkungan dan bersahabat dengan alam.

“Kita akan mengikuti konsep IKN. Semoga ini bisa lebih bersahabat dengan alam. Kita akan mendesain kantornya yang bersahabat dengan alam,” ujar Suharyanto.

Kehadiran Suharyanto di kawasan IKN tentunya juga untuk memastikan upaya redistribusi curah hujan menggunakan metode teknologi modifikasi cuaca (TMC) berjalan sesuai harapan sehingga pembangunan IKN ini dapat selesai sesuai waktu yang ditargetkan.

“Kita ingin memastikan operasi TMC yang digelar BNPB berjalan lancar. Kalau kita lihat cuaca hari ini tidak ada hujan sehingga praktis mendukung target pembangunan IKN,” ujarnya.

Di sisi lain, BNPB juga telah melakukan koordinasi dengan pihak Otoritas Ibu Kota Nusantara untuk menjalankan rencana kontijensi dalam rangka antisipasi menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir hingga tanah longsor. BNPB telah menyerahkan konsep kajian risiko bencana yang kemudian akan diatensi sebagai bentuk upaya pengurangan risiko bencana.

“Kami juga terus berkoordinasi dengan pihak Otoritas IKN untuk kesiapan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah,” jelas Suharyanto.

Operasi TMC untuk wilayah Kalimantan Timur telah dimulai sejak 15 Juli 2024 sampai hari ini dengan jumlah 119 sorti penerbangan dengan total bahan semai 111 ton NaCl dan 8 ton CaO.

Upaya redistribusi curah hujan ini dilakukan dengan skema maksimum. Penyemaian bahan NaCl dan CaO dilakukan sejak pagi hingga terkadang sampai malam hari menggunakan dua pesawat yang diterbangkan dari Bandara APT Pranoto di Samarinda.

Di samping untuk mengurangi potensi risiko bencana hidrometeorologi basah, operasi TMC di Kalimantan Timur juga dilakukan sebagai bentuk pengurangan risiko bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan.