JAKARTA - Aktivis NU M Solikhin menilai Musyawarah Luar Biasa (MLB) PBNU untuk mengganti Ketum Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bisa saja terwujud apabila hubungan dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tak segera diperbaiki.
Hubungan PBNU dan PKB kembali memanas setelah muncul wacana pembentukan tim lima atau semacam panitia khusus (Pansus) tentang PKB. Wacana ini muncul lantaran PBNU mencurigai ada motif pribadi di balik pembentukan Pansus Angket Haji 2024 oleh DPR.
Pasalnya, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) adalah adik kandung dari Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Gus Yahya curiga, pembentukan Pansus Haji yang diketuk Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) pada rapat Paripurna adalah untuk menyerang pribadi Menag.
Pernyataan Gus Yahya ini dinilai blunder, sebab ada 9 fraksi di DPR yang menyetujui Pansus Haji bukan hanya fraksi PKB. Wacana PBNU terkait Pansus PKB untuk mengembalikan PKB ke pangkuan NU justru memunculkan isu adanya musyawarah luar biasa (MLB) untuk melengserkan Gus Yahya.
Lantas, mungkinkan MLB PBNU dilakukan?
Solikhin menilai MLB PBNU bisa saja terwujud apabila Gus Yahya tidak tabayyun dan membenahi hubungannya dengan PKB. Apalagi menurutnya, mengacu pada AD/ART NU Pasal 73, MLB bisa diselenggarakan pada kondisi-kondisi tertentu dan krusial seperti apabila Rais Aam atau Ketua Umum PBNU melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan AD/ART. MLB, dapat digelar atas usulan sekurang-kurangnya 50 persen plus satu dari jumlah wilayah dan cabang.
"Dalam konteks bisa terwujud atau enggak, saya kira sangat mungkin. Karena di dalam AD/ART juga ada nomenklatur itu, tentu ada syarat syarat yang ditentukan," ujar Solikhin melalui channel Padasuka TV yang diunggah pada Selasa, 30 Juli.
Solikhin mengaku, situasi PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya memang tidak bisa lepas dari turbulensi yang menggelitik hati nurani warga NU. Apalagi, beberapa waktu lalu terjadi pemecatan terhadap KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam dari jabatan Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, yang dilanjutkan dengan pemecatan Ketua PWNU, Marzuki Mustamar sebagai jantung NU dari Jombang.
"Ini sangat tidak bisa diterima secara akal sehat, kok kenapa (Gus Yahya) tidak bisa membangun harmonisasi komunikasi, musyawarah, pendekatan persuasif yang pak sekjen (Gus Ipul) notabanenya orang situ (Jombang). Ini akan jadi warna tidak sehat dalam konsolidasi internal," jelas Solikhin.
Solikhin menilai, munculnya wacana MLB PBNU tidak lepas dari dinamika yang terjadi di Jatim. Sehingga ada gerakan inisiatif untuk melaksanakan MLB dipantik dari pernyataan-pernyataan Gus Yahya dan Gus Ipul.
"Dan kemarin, Kiai Imam Jazuli di Harlah PKB hadir, dia mengkritisi sebenarnya rasional karena itu menyampaikan situasi politik terkait disharmonisasi antara PKB dan NU. Kita tahu meski PKB dan NU kamar yang berbeda, tapi saya meyakini bangunannya dalam rumah yang sama. Sejarahnya, filosofi, jati dirinya dan misi tujuannya hampir sama, tidak bisa lepas dari NU PKB itu, yaitu membangun kemaslahatan bangsa, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," beber Solikhin.
BACA JUGA:
"Nah, ini tidak bisa lepas. Bagi saya, kritikan masukan dari semua warga NU termasuk Kiai Imam Jazuli harusnya menjadi evaluasi internal (PBNU) bagaimana ini bisa terjadi. Termasuk kenapa ada persoalan dinamika di Jombang kok sampai tidak bisa selesai, harusnya kan tidak langsung ujug-ujug pemecetan yah. Harusnya, (PBNU) tabayyun memfasilitasi kedua belah pihak untuk didengar tidak kemudian langsung memutuskan," lanjutnya.
"Kalau turbulensi-turbulensi politik selalu didengungkan oleh elite PBNU, dalam hal ini ketum dan sekjen, sangat mungkin terjadi pemantik yang sangat menarik untuk bisa dievaluasi (melalui MLB PBNU," pungkas Solikhin