Bagikan:

JAKARTA - Polisi Kenya menembakkan gas air mata untuk melerai bentrokan antarkelompok pengunjuk rasa dan pendukung pemerintah di ibu kota Nairobi.

Protes, yang dimulai untuk menentang kenaikan pajak dan mencapai puncaknya dengan penyerbuan parlemen, terus berlanjut meskipun Presiden William Ruto membatalkan rancangan undang-undang keuangan senilai 2,7 miliar dollar AS pada Juni.

Pada saat itu, Ruto juga memecat hampir seluruh anggota kabinetnya, meskipun ia masih memiliki banyak sisa dari pemerintahan sebelumnya ketika ia menunjuk susunan kabinet barunya pada Jumat pekan lalu.

Untuk pertama kalinya sejak protes dimulai pada tanggal 18 Juni, sekelompok pendukung pemerintah, sebagian besar mengendarai sepeda motor, berparade di pusat kota Nairobi sambil meniup peluit dan klakson plastik serta membawa poster bertuliskan "Kami mendukung presiden" dan "cukup sudah."

“Kami akan memastikan bahwa bisnis harus kembali normal di kota ini. Kami mengutuk protes tersebut,” kata seorang pendukung pemerintah, yang menolak menyebutkan namanya dilansir Reuters, Selasa, 23 Juli.

Polisi mengatakan protes tersebut, yang telah menewaskan 50 orang, disusupi oleh geng kriminal.

Pengunjuk rasa anti-pemerintah meneriakkan mantra yang paling menentukan: "Ruto harus mundur."

“Polisi hanya mengincar kami para pengunjuk rasa yang damai, sementara preman bayaran, yang mengenakan masker dan mengendarai sepeda motor dengan pelat nomor tersembunyi, bergerak di depan mata sementara polisi hanya menonton,” kata seorang pengunjuk rasa, yang juga menolak menyebutkan nama.