JAKARTA - Israel mengecam rekonsiliasi Hamas dan Fatah yang berlangsung di China. Israel murka dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang justru merangkul Hamas.
“Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian di China untuk mengawasi bersama atas Gaza setelah perang. Alih-alih menolak terorisme, Mahmoud Abbas malah merangkul para pembunuh dan pemerkosa Hamas, mengungkapkan wajah aslinya. Kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi karena kekuasaan Hamas akan hancur, dan Abbas akan mengawasi Gaza dari jauh. Keamanan Israel akan tetap sepenuhnya berada di tangan Israel,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, lewat akun X @Israel_katz,” Selasa, 23 Juli.
Kelompok Hamas dan Fatah termasuk bersama dengan faksi-faksi lainnya di Palestina yang total berjumlah 14 faksi, sepakat untuk mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan usai bertemu di Beijing, China.
Kesepakatan tertuang dalam deklarasi usai dialog yang berlangsung pada 21-23 Juli yang dihadiri perwakilan tingkat tinggi seluruh faksi, lapor kantor berita China Xinhua 23 Juli.
Hamas and Fatah signed an agreement in China for joint control of Gaza after the war. Instead of rejecting terrorism, Mahmoud Abbas embraces the murderers and rapists of Hamas, revealing his true face. In reality, this won’t happen because Hamas's rule will be crushed, and Abbas… pic.twitter.com/JZMqeMqH5J
— ישראל כ”ץ Israel Katz (@Israel_katz) July 23, 2024
"Ini adalah pertama kalinya 14 faksi Palestina berkumpul di Beijing untuk melakukan dialog rekonsiliasi, membawa harapan berharga bagi rakyat Palestina yang menderita," lapor kantor berita itu
Perjanjian tersebut menandai keberhasilan diplomatik bagi Beijing dan pengaruhnya yang semakin besar di Timur Tengah, setelah menjadi penengah kesepakatan damai yang berhasil dicapai antara musuh bebuyutan regional Arab Saudi dan Iran tahun lalu, dikutip dari Reuters.
BACA JUGA:
Pejabat senior Hamas Hussam Badran memuji China dalam pernyataan atas upaya signifikannya untuk menjadi tuan rumah perundingan dan mencapai deklarasi tersebut.
"Deklarasi ini datang pada saat yang penting karena rakyat kita menghadapi perang genosida, terutama di Jalur Gaza," kata Badran dalam pernyataan tersebut.
Diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tujuannya adalah untuk menghancurkan kelompok Hamas yang didukung Iran dan menentangnya memiliki peran apa pun dalam pemerintahan Gaza pascaperang.