JAKARTA - Yunani menutup Acropolis, situs kuno yang paling banyak dikunjungi, saat negara itu kembali dilanda gelombang panas yang menyebabkan suhu hingga 38 derajat Celcius (100,4°F).
Seperti banyak negara di Eropa, Yunani berulang kali mengalami suhu tinggi yang mengganggu aktivitas sehari-hari sejak Juni.
Ratusan kejadian kebakaran hutan terjadi setelah musim dingin terhangat yang pernah tercatat, yang oleh para ilmuwan dikaitkan dengan perubahan iklim global.
Sekolah-sekolah dan lokasi wisata telah ditutup, jam kerja di luar ruangan dibatasi, dan enam wisatawan meninggal pada bulan Juni selama periode cuaca panas yang berkepanjangan. Hal ini menyoroti bahaya paparan ketika suhu mendekati atau di atas 40°C (104°F).
BACA JUGA:
Acropolis, di wilayah bukit berbatu yang menghadap ke Athena, menarik ratusan ribu wisatawan setiap tahunnya, dan ditutup dari siang hingga pukul 17.00.
"Ini tidak normal di seluruh dunia? Apa yang terjadi, kata mereka, sehingga pada akhir 50 tahun ini kita tidak akan mampu lagi mengikuti perubahan iklim," kata Andrea Warren, 36, dari Kanada, saat turis lain menuruni bukit di belakangnya.
“Kita sedang mengalami perubahan iklim yang hebat... dan itulah sebabnya negara harus beradaptasi, dengan selalu memperhatikan perlindungan terhadap rakyatnya dan khususnya para pekerjanya,” kata Menteri Tenaga Kerja Niki Kerameus dilansir Reuters, Rabu, 17 Juli.
Kru Palang Merah Hellenic membagikan botol air kepada wisatawan – beberapa di antaranya memakai topi – menunggu untuk memasuki situs Acropolis sebelum ditutup.
Badan meteorologi Yunani memperkirakan bahwa kondisi panas ekstrem akan terus berlanjut hingga akhir pekan, sehingga mendorong pihak berwenang untuk membatasi pekerjaan di luar ruangan selama jam-jam puncak cuaca panas pada pekan ini.