JAKARTA - Bangladesh mengumumkan akan menutup semua universitas negeri dan swasta tanpa batas waktu mulai hari ini setelah protes mahasiswa terhadap sistem kuota pekerjaan pemerintah berubah menjadi tragedi mematikan. Enam orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Negara Asia Selatan ini telah diguncang oleh protes selama berminggu-minggu mengenai kuota pekerjaan di sektor publik, yang mencakup 30 persen reservasi untuk anggota keluarga pejuang kemerdekaan dari Perang Kemerdekaan Pakistan tahun 1971.
Hal ini memicu kemarahan di kalangan mahasiswa yang menghadapi tingginya tingkat pengangguran kaum muda, dengan hampir 32 juta pemuda Bangladesh tidak bekerja atau bersekolah dari total populasi 170 juta orang.
Dilansir Reuters, Rabu, 17 Juli, demonstrasi meningkat setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina menolak memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa, dengan alasan proses pengadilan sedang berlangsung, dan menyebut mereka yang menentang kuota sebagai "razakar" - istilah yang digunakan untuk mereka yang diduga bekerja sama dengan tentara Pakistan selama perang tahun 1971.
Protes tersebut berubah menjadi kekerasan pada minggu ini ketika ribuan pengunjuk rasa anti-kuota bentrok dengan anggota sayap mahasiswa dari partai Liga Awami yang berkuasa di seluruh negeri. Polisi menggunakan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Enam orang, termasuk tiga mahasiswa, tewas dalam bentrokan pada hari Selasa, kata polisi.
“Kami segera menyerukan kepada Pemerintah Bangladesh untuk segera menjamin keselamatan semua pengunjuk rasa damai dan perawatan yang tepat bagi semua yang terluka,” kata Amnesty International dalam postingan di X.
Pihak berwenang mengerahkan polisi antihuru-hara, bersama dengan pasukan paramiliter Penjaga Perbatasan Bangladesh, di kampus-kampus universitas di seluruh negeri untuk menjaga hukum dan ketertiban.
BACA JUGA:
Pada Selasa malam, Komisi Hibah Universitas memerintahkan semua universitas untuk tutup dan menginstruksikan mahasiswa untuk segera mengosongkan lokasi demi alasan keamanan.
Sekolah menengah atas, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya juga ditutup.
Nahid Islam, koordinator protes anti-kuota, mengatakan para mahasiswa akan mengadakan prosesi pada hari Rabu dengan membawa peti mati sebagai solidaritas terhadap mereka yang kehilangan nyawa.