Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 7 ribu warga mengungsi akibatn banjir yang merendam sebagian besar wilayah Kota Gorontalo.

Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari berujar, pemerintah dan lintas sektor melaksanakan upaya tanggap darurat berupa evakuasi warga, pendirian pos pengungsian, dan pendirian dapur umum untuk warga yang mengungsi.

"Total pos pengungsian yang telah didirikan sebanyak 59 titik tersebar di tiap kelurahan. Jumlah total warga mengungsi sebanyak 7.486 jiwa," kata Abdul Muhari dalam keterangannya, Senin, 15 Juli.

Petugas juga melakukan evakuasi sarana dan prasarana umum terdampak, hingga pengerukan material longsor dan pembersihan residu banjir.

Abdul Muhari berujar, banjir ini merupakan yang keempat kalinya selama bulan Juli 2024. Intensitas hujan yang tinggi pada 10-13 Juli 2024 disertai kondisi geografis wilayah Kota Gorontalo yang berupa cekungan menyebabkan banjir ini menjadi yang terparah di Gorontalo pada pertengahan tahun 2024.

Beberapa hari lalu, banjir di Gorontalo merendam permukiman warga dengan ketinggian air hingga 150 sentimeter. Pada Senin, 15 Juli, banjir di beberapa wilayah berangsur surut.

Sebanyak 47 kelurahan di sembilan kecamatan se-Kota Gorontalo terdampak banjir, di antaranya Kecamatan Kota Barat, Kota Utara, Kota Selatan, Kota Tengah, Kota Timur, Dumbo Raya, Hulonthalangi, Dungingi, dan Sipatana. Jumlah rumah terendam banjir mencapai 4.686 unit.

Selain banjir,beberapa kelurahan juga turut terdampak tanah longsor di antaranya Kelurahan Tenilo (Kecamatan Kota Barat), Kelurahan Pohe (Kecamatan Hulanthalangi), Kelurahan Leato Utara, Leato Selatan, Botu dan Talumolo di Kecamatan Dumbo Raya. Satu orang warga Kecamatan Kota Barat meninggal dunia akibat tertimbun material longsor.

"Wali Kota Gorontalo menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor dengan Nomor 256/6/VII/2024 selama 14 hari terhitung sejak tanggal 11 Juli 2024 sampai dengan tanggal 24 Juli 2024," imbuhnya.