JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai ego sektoral masih menjadi salah satu tantangan utama dalam percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta atau One Map Policy.
Ia menekankan pentingnya Kementerian/Lembaga bekerjasama untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan tumpang tindih lahan di lapangan karena penting bagi kawasan hutan dan kawasan di luar hutan.
“Saya mohon dengan sangat antara kementerian dengan lembaga, antara pusat dan daerah untuk menanggalkan egonya masing-masing," kata Moeldoko pada kegiatan One Map Policy Summit 2024, di Jakarta, Kamis 11 Juli.
Untuk diketahui, Kebijakan One Map Policy merupakan sebuah arahan strategis untuk mewujudkan satu peta nasional yang akurat, terintegrasi dan menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang akuntabel dalam mempercepat pembangunan nasional.
Kebijakan One Map Policy diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2016 melalui Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta.
Moeldoko mengatakan KSP bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Satuan Tugas Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) KPK, mengawal ketat Kebijakan One Map Policy melalui monitoring dan evaluasi rencana aksi.
Ia pun mengapresiasi Kemenko Perekonomian yang telah menindaklanjuti rencana aksi tersebut dengan pelaksanaan teknis di lapangan melalui proyek-proyek percontohan di beberapa daerah, seperti Kotawaringin Baru dan Pasuruan.
BACA JUGA:
Hasilnya, lanjut dia, selama 2019 hingga 2024 terjadi penurunan ketidaksesuaian pemanfaatan ruang (tumpang tindih) secara siginifikan, yakni dari 77,38 juta hektare atau 40,6% dari luas daratan nasional menjadi 57,41 juta hektare atau 30,1% dari luas daratan nasional. “Proyek percontohan ini bisa jadi tolok ukur bagi daerah lainnya,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI 2013-2015 ini juga menyampaikan tiga gagasannya untuk percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta. Pertama, pemanfaatan Geoportal Satu Peta untuk menyelesaikan masalah tumpang tindih tata ruang, kawasan hutan, batas wilayah, izin, dan hak atas tanah, khususnya dalam Proyek Strategis Nasional. “Sehingga perselisihan terkait peta yang digunakan bisa diminimalisir,” tuturnya.
Kedua, tambah Moeldoko, melakukan integrasi data agar tidak terjadi lagi tumpang tindih data dan tercipta perencanaan yang efektif bagi pelaksanaan suatu program. Ketiga, keterlibatan publik dari lembaga non – pemerintah, seperti akademisi, masyarakat sipil, dan asosiasi bisnis.
“Khususnya dalam konteks penyelesaian konflik pertanahan, bisnis, dan investasi,” pungkasnya.
One Map Policy Summit 2024 dihadiri Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Agraria dan Tata Ruang Agus Harimurti Yudhoyono, dan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron. Kegiatan ini juga diikuti puluhan Kepala Daerah dan perwakilan dari sejumlah asosiasi.