JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) untuk fokus pada kebijakan pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Selain hal tersebut, Mendagri juga meminta kepala daerah untuk berperan aktif dalam menghidupkan sektor swasta untuk mampu mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
"Setiap daerah diharapkan nanti mampu untuk PAD-nya tinggi, membiayai sendiri," kata Tito pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, dalam keterangannya Rabu 10 Juli, disitat Antara.
Menurut dia, untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan kemampuan yang andal dari seorang kepala daerah.
Untuk itulah, Tito meminta Apkasi bersama asosiasi kepala daerah lainnya agar melaksanakan pelatihan bagi kepala daerah.
Pelatihan tersebut, terutama yang mampu membekali kepala daerah dalam memahami regulasi dengan baik, serta menumbuhkan jiwa entrepreneurship (kewirausahaan).
Kombinasi keduanya, kata Tito, diyakini akan dapat memaksimalkan potensi suatu daerah.
“Bagaimana membuat agar pemikiran para kepala daerah berpikir seperti birokrat yang mengerti aturan, tapi dia (juga) bisa berpikir sebagai entrepreneur, wirausahawan,” ujarnya.
BACA JUGA:
Dia juga menilai beberapa daerah di Indonesia memiliki potensi alam yang besar dan tak kalah dengan sejumlah tempat wisata populer di dunia, seperti Maldives.
Potensi inilah yang perlu ditangkap kepala daerah agar dapat meningkatkan PAD-nya.
Bila terdapat regulasi yang menghambat optimalisasi tersebut, Tito mendorong agar dapat diselesaikan melalui forum Apkasi.
“Dan saya selaku penasihat, pembina, yang memiliki pemikiran yang sama seperti tadi pasti saya akan berusaha juga membantu,” ujar Tito.
Tak hanya itu, Tito menyampaikan terima kasih kepada daerah yang meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
Menurut dia, produk dalam negeri kualitasnya tak kalah dengan produk ternama dari luar negeri. Bahkan, selain cenderung lebih murah, produk dalam negeri secara kualitas mampu bersaing dengan pasar internasional.
“Karena kenyataannya kita mampu dan banyak saya kira produk-produk lain buatan Indonesia yang kemudian dikasih brand yang lain, brand luar negeri akhirnya menjadi mahal, padahal barang kita juga,” pungkasnya.