JAKARTA – Beberapa wilayah di selatan Pulau Jawa berpotensi mengalami bencana alam berupa tsunami besar dengan ketinggian lebih dari 3 meter.
Informasi ini didasarkan pada dokumen Kajian Nasioanl Bahaya Tsunami di Indonesia yang didukung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)) dan Australian Agency for International Development (AusAID) melalui Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR).
Wilayah selatan Pulau Jawa yang berpotensi tsunami besar
Menurut dokumen yang dilihat VOI dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Kamis 18 Maret 2021, peta-peta tsunami dibuat berdasarkan metodologi kajian bahaya tsunami secara probabilitas yang memungkinkan untuk memperkirakan ketinggian tsunami dari berbagai kemungkinan yang terjadi.
Dari dokumen tersebut, setidaknya ada 10 wilayah di Selatan Pulau jawa yang berpotensi mengalami tsunami besar antara lain:
1. Kabupaten Garut, Jawa Barat
2. Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
3. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
4. Kabupaten Purworejo, Jawa tengah
5. Kota Tasikmalaya, Jawa Barat
6. Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
7. Kabupaten Blitar, Jawa Timur
8. Kabupaten Pandeglang, Banten
9. Kota Sukabumi, Jawa Barat
10. Kabupaten Kebumen, Jawa Barat
Selain ke-10 wilayah di atas, wilayah lain yang memiliki potensi tsunami besar dengan tinggi lebih dari 3 meter dalam kurun setiap satu tahun menurut dokumen Kajian Bahaya Tsunami di Indonesia adalah Lampung Barat, Kepulauan Mentawai, dan Nias.
Diikuti wilayah pesisir selatan Jawa, pesisir barat daya Sumatera dan beberapa bagian dari Bali dan Nusa Tenggara Barat dengan probabilitas sebesar 2-10 persen.
Wilayah yang berpotensi tsunami rendah
Sementara itu, wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami tsunami kecil adalah wilayah pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatera, dan Pesisir Barat dan Selatan Kalimatan, serta pesisir selatan Papua.
Wilayah yang diprediksi mengalami tsunami terbesar
Temuan yang dipaparkan dalam dokumen tersebut juga menyebutkan, wilayah pesisir barat Sumatera, pesisir selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat dan Timur memiliki potensi bahaya tsunami terbesar di Indonesia.
Kendati demikian, beberapa bagian di Indonesia timur, termasuk pesisir utara Papua, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara memiliki bahaya tsunami yang tinggi dan menghancurkan.
Wilayah-wilayah tersebut belum menerima banyak perhatian dan model tsunaminya belum dimasukkan dalam sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), akan tetapi temuan dari studi ini menunjukkan bahwa bahaya tsunami di daerah tersebut tinggi dan membutuhkan upaya lebih lanjut.
Lantas, apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi bencana tsunami? Terkait hal ini, penting untuk mengetahui penyebab dan tanda-tanda terjadinya tsunami sebelum memulai mitigasi bencana alam.
Penyebab terjadinya tsunami
Dikutip dari laman resmi Badan Nasional Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, bencana alam tsunami dapat disebabkan oleh:
- Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
- Letusan gunung berapi yang berada di lautan,
- Longsoan atau hantaman meteor di laut.
Dari beberapa penyebab tersebut, gempa bumi yang terjadi di dasar laut yang paling sering menyebabkan gelombang tsunami.
Meski begitu, erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami besar, seperti letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Adapun ciri gempa yang dapat menimbulkan tsunami adalah:
- Gempa bumi yang terjadi di dasar laut
- Kedalaman pusat gempa kurang dari 30 km
- Magnitudo gempa lebih ebsar dari 6,0 skala richter
- Jenis pergerakan gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya semacam ini biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.
Tanda-tana terjadinya tsunami
Ada beberapa tanda peringatan alam sebelum terjadi bencana tsunami antara lain:
1. Gempa bumi
Apabila Anda berada di dekat pantai, sebaiknya berhati-hati jika terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut.
Tak hanya gempa yang terjadi di daerah Anda, namun, gempa yang berada ribuan kilometer jauhnya juga bisa menyebabkan tsunami besar.
2. Terdengar suara gemuruh
Banyak penyintas tsunami mengatakan, datangnya gelombang tsunami diawali dengan suara gemuruh yang khas, mirip dengan kereta barang.
3. Air laut surut dengan cepat
Sebelum gelombang tsunami menghantam daratan, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
Selain tanda-tanda di atas, alam juga memberi peringatan sebelum terjadi bencana, seperti gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca ekstrem dan perilaku hewan yang berubah.
Sebagai contoh perilaku hewan yang berubah yakni: beberapa kelewar yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif di siang hari setengah jam sebelum tsunami datang.
Mitigasi bencana tsunami
Yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana tsunami:
- Mengetahui pusat informasi bencana, seperti BPBD, BMKG, PVMBG, dan instansi lainnya
- Kenali area rumah, sekolah, tempat kerja atau tempat lain yang berisiko dan mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang berisiko terkena tsunami.
- Jika anda sedang berpakansi ke pantai, kenali hotel, motel dan pusat pengungsian yang ada. Selain itu, ketahui juga rute evakuasi yang telah dibuat ketika peringatan dikeluarkan.
- Siapkan persediaan pengungsian dalam satu tempat yang mudah dibawa (tas siaga bencana) dan tempatkan di area yang mudah terjangkau.
Saat terjadi tsunami
- Segera menyelamatkan diri ke daratan tinggi setelah muncul tanda-tanda tsunami
- Jika gelombang pertama yang datang telah surut, jangan kembali ke pantai untuk menghindari adanya tsunami susulan
- Apabila Anda sedang menyetir kendaraan, segera keluar dan cari tempat yang aman
- Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas penyebaran informasi tsunami.
- Utamakan keselamatan diri bukan barang-barang.
Pasca tsunami
- Pastikan Anda menerima informasi dari BMKG bahwa bencana tsunami sudah berakhir.
- Jauhi area tergenang, karena ada kemungkinan terdapat kubangan atau adanya kontaminasi dari zat-zat berbahaya.
- Jauhi area terdampak yang rusak (banyak puing-puing). Sebab, dikhawatirkan ada benda-benda tajam yang dapat melukai Anda.
- Jauhi jaringan instalasi listrik dan pipa gas.
- Hati-hati saat memasuki gedung, karena ancaman kerusakan yang tidak tampak, seperti pada fondasi bangunan.
- Apabila Anda terluka, segera minta pertolongan dari pos kesehatan terdekat
- Periksa ketersediaan bahan pangan. Hati-hati dengan makanan yang telah terkontaminasi air genangan tsunami bisa jadi sudah tercemar dan tidak layak konsumsi.
- Berikan bantuan P3K pada korban luka ringan dan panggil bantuan. Mintalah pertolongan evakuasi jika terdapat korban dengan luka serius.
- Apabila rumah Anda dinyatakan masih layak huni, segera bersihkan rumah dari sampah yang terbawa gelombang tsunami dan jernihkan sumber air bersih.
- Segera bangun tenda pengungsian apabila kediaman Anda sudah tidak layak huni.