JAKARTA – Tsunami yang sangat besar pernah melanda Aceh pada dua dekade yang lalu. Berkaca pada peristiwa ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih waspada.
Nuraini Rahma Hanifa, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, mengatakan bahwa potensi bencana dalam bentuk gempa megathrust bisa terjadi di wilayah selatan Jawa dan memicu tsunami dengan skala yang hampir serupa dengan Aceh.
Berdasarkan hasil risetnya, megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang berpotensi melepaskan gempa dengan kekuatan 8,7 hingga 9,1 skala richter. Jika gempa ini terjadi, tsunami akan menyerang wilayah Jakarta.
"Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam," kata Rahma, dikutip melalui situs resmi BRIN pada Senin, 6 Januari.
Meski belum tentu terjadi, Rahma mengatakan bahwa hasil riset ini perlu diperhatikan dengan serius oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat Indonesia. Pasalnya, mitigasi risiko perlu dilakukan dari berbagai sisi, termasuk teknologinya.
BACA JUGA:
Rahma pun menjelaskan bahwa dalam penelitian paleotsunami, gempa megathrust di selatan Jawa ternyata memiliki periode berulang sekitar 400 hingga 600 tahun. Tsunami terakhir diperkirakan terjadi pada tahun 1699 di wilayah tersebut.
Untuk memitigasi tsunami di selatan Jawa, BRIN terus bekerja sama dengan BMKG dan institusi lain untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami, khususnya di Selat Sunda dan selatan Jawa. Mereka telah memasang sensor deteksi perubahan air di wilayah yang rawan.
"Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemasangan sensor deteksi perubahan muka air laut di kawasan rawan tsunami,” ujar Rahma. Teknologi ini sangat diperlukan karena BRIN bisa mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan mereka akan memberikan peringatan dengan cepat kepada masyarakat setempat.