Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyampaikan, untuk memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Tanah Air.

Penambahan jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.

"Hingga saat ini ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG," jelas Dwikorita dalam keterangan tertulis di Jakarta, Antara, Rabu, 19 Maret.

Senada dengan Dwikorita, Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Rahmat Triyono menambahkan, dengan sensor gempa yang dimiliki BMKG saat ini, kemampuan deteksibilitas semakin tinggi.

Menurut dia, jika dulu gempa bermagnitudo di bawah 4 samar terdeteksi, sekarang gempa di bawah magnitudo 4 bisa dengan mudah terdeteksi.

Namun demikian, katanya, kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.

"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting, dengan deteksibilitas yang kuat, dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," ujar dia.

Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS.

"Mulai tahun ini dan tahun depan optimistis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik,” kata Widjo.