JAKARTA - Direktur Perencanaan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Sam Rose pada Hari Minggu mengungkapkan keprihatinannya, lantaran 39.000 siswa sekolah menengah di Jalur Gaza, Palestina tidak bisa mengikuti ujian.
Dia mengecam perampasan pendidikan bagi lebih dari setengah juta anak sebagai sesuatu yang mengerikan dan menyedihkan.
"Ini adalah satu lagi lapisan kesedihan yang harus dilalui penduduk," cuitnya di akun X miliknya, dilansir dari WAFA 24 Juni.
Dia juga menyoroti bahwa lebih dari setengah juta anak di Jalur Gaza telah kehilangan pendidikan selama delapan bulan terakhir akhir konflik Hamas-Israel.
Kamis pekan lalu, Kementerian Pendidikan Palestina mengumumkan serangan Israel yang terus berlangsung hingga saat ini, menyebabkan sekitar 39.000 siswa di Jalur Gaza gagal mengikuti ujian akhir.
Semula, kementerian menjadwalkan, ujian akhir sekolah menengah Tawjihi akan dimulai pada Hari Sabtu pekan ini, termasuk di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan Hari Kamis, juru bicara Kementerian Sadiq al-Khudour mengungkapkan, sedikitnya 450 siswa sekolah menengah terbunuh sejak awal tahun ini akibat agresi Israel, di mana 430 siswa tewas di Gaza, sementara 20 lainnya di Tepi Barat.
BACA JUGA:
Terlepas dari situasi yang menantang, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengakomodasi para pelajar Palestina dari Gaza yang saat ini berada di luar negeri.
Al-Khudour mencatat, sekitar 1.320 pelajar Palestina dari Gaza akan mengikuti ujian Tawjihi di 29 negara Arab. Di antara mereka, 1.090 siswa berada di Mesir.
Pihak kementerian mengatakan telah mendirikan ruang ujian terbesar di Mesir. Mereka juga mendirikan ruang khusus di Rusia, Turki dan Qatar. Selain itu, ujian juga akan diselenggarakan di kedutaan-kedutaan besar Negara Palestina di negara-negara lain.