JAKARTA - Organisasi Gudang Umum (PWO) Thailand pada Senin menyebut telah menyelesaikan lelang stok beras berumur sepuluh tahun, yang merupakan sisa dari skema penjaminan beras pemerintahan saat masa Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Dari tujuh penawar yang memenuhi syarat, sebanyak enam perusahaan mengajukan penawaran.
Dilansir ANTARA dari TNA-OANA, Senin, 17 Juni, perusahaan V8 Intertrading dari Kamphaeng Phet memenangkan kedua tawaran gudang, dengan nilai total mendekati 300 juta baht (Rp134 miliar).
Lelang pertama tahun 2024 melibatkan sekitar 15.000 ton beras melati kualitas 2 murni yang disimpan di dua gudang di provinsi Surin.
Sementara perusahaan V-Eat Intertrading muncul sebagai penawar tertinggi untuk kedua gudang tersebut, dengan tawaran gabungan lebih dari 286 juta baht (Rp127 miliar), dengan rata-rata 19 baht (Rp8.494) per kilogram.
Panitia yang bertanggung jawab menangani penawaran akan bernegosiasi untuk mencapai harga yang lebih tinggi, dan perusahaan pemenang akan diumumkan di situs PWO pada tanggal 21 Juni.
Kontrak pembelian harus ditandatangani dalam waktu 15 hari sejak pengumuman resmi.
Pembayaran beras harus dilakukan sebelum pengambilan, dan angsuran pertama harus dilunasi dalam waktu 20 hari sejak penandatanganan kontrak.
BACA JUGA:
Beras harus dikumpulkan dalam waktu 20 hari untuk jumlah hingga 10.000 ton, dan dalam waktu 30 hari untuk jumlah antara 10.000 dan 20.000 ton.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Phumtham Wechayachai menyatakan bahwa sesi sore akan melibatkan negosiasi harga, yang diperkirakan selesai dengan cepat.
Minat yang ditunjukkan pembeli menunjukkan bahwa beras tersebut tetap dalam kondisi baik meskipun disimpan dalam waktu lama, tergantung cara penyimpanannya, dan memerlukan pengolahan lebih lanjut oleh pembeli, kata dia.
Presiden Thanasan Rice Supachai Wornapinyaporn, yang perusahaannya juga ikut membuat penawaran, mengatakan beras yang disimpan masih berkualitas baik dan permintaan pasar tinggi.
Harga pasar saat ini menguntungkan, dengan beras putih 5 persen baru dijual dengan harga 21,50 baht (Rp9.611) per kilogram, menurut dia. Perusahaannya bermaksud mengekspor beras yang dibeli, melihat permintaan dari pasar seperti Brasil dan Irak.