Bagikan:

JAKARTA - UNRWA menyebutkan masyarakat di Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang parah akibat pembatasan bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan lebih dari 50.000 anak di Jalur Gaza memerlukan perawatan medis segera karena kekurangan gizi akut.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, badan tersebut mencatat dengan berlanjutnya pembatasan akses kemanusiaan, masyarakat di Gaza terus menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah. Tim UNRWA bekerja tanpa kenal lelah untuk menjangkau keluarga-keluarga dengan bantuan, namun situasinya sangat buruk.

Juru bicara UNICEF James Elder juga menggambarkan betapa sulitnya tidak hanya menyalurkan bantuan ke Gaza, tetapi juga mendistribusikannya ke seluruh wilayah pesisir yang dilanda perang.

“Lebih banyak pekerja bantuan yang terbunuh dalam perang ini dibandingkan perang apa pun sejak munculnya PBB,” katanya kepada Al Jazeera.

Akun X UNRWA
Akun X UNRWA

Pada hari Rabu, UNICEF mempunyai misi untuk mengemudikan truk yang penuh dengan pasokan nutrisi dan medis untuk 10.000 anak, kata Elder. Tugas mereka adalah mengirimkan bantuan, yang telah disetujui sebelumnya oleh otoritas Israel, dari Deir el-Balah ke Kota Gaza, perjalanan pulang pergi sejauh 40 km (25 mil).

“Butuh waktu 13 jam dan kami menghabiskan delapan jam di sekitar pos pemeriksaan, berdebat seputar dokumen – (Ini terkait apakah tru atau van),” katanya seperti dikutip dari Aljazeera, Minggu, 16 Juni.

“Kenyataannya truk ini tidak diberi akses. 10.000 anak tersebut tidak mendapatkan bantuan tersebut… Israel mempunyai tanggung jawab hukum untuk memfasilitasi bantuan tersebut.”

Salah satu penyeberangan darat utama di Rafah telah ditutup sejak pasukan Israel merebut wilayah tersebut awal bulan lalu. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan di Gaza selatan dan tengah.

Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB, Carl Skau, menghabiskan waktu dua hari untuk menilai penderitaan warga Palestina minggu ini, dan mengatakan bahwa tantangan tersebut “belum pernah saya lihat sebelumnya”.

“Situasi di Gaza selatan dengan cepat memburuk. Satu juta orang di Gaza selatan terjebak tanpa air bersih atau sanitasi di daerah yang sangat padat di sepanjang pantai di tengah teriknya musim panas. Kami melewati sungai limbah,” kata Skau.