COVID-19 Tak Pernah Libur, Satgas Minta Masyarakat Bijak Sikapi Libur Panjang Isra Mi'raj
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito (Foto: dok BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut adanya libur panjang Isra Mi'raj diharapkan tak merusak tren positif penurunan kasus COVID di Indonesia. Masyarakat diminta lebih bijak ketika ke luar rumah untuk berlibur.

"Hal ini memperlihatkan bahwa penangangan terhadap mereka yang terjangkit COVID-19 sudah ditangani dengan baik. Tren penurunan kasu aktif ini ini harus terus dijaga, agar nantinya kasus akrif dapat hilang," ucap Wiku di Graha BNPB, Jakarta, Jumat, 12 Maret.

Berkaca pada libur panjang sebelumnya, angka kasus meninggal akibat COVID-19 memang melonjak tajam.

Merujuk grafik perkembangan kasus kematian, Maret hingga September 2020 terjadi tren kematian cukup tinggi. Meski sempat menurun pada Oktober dan November. Pada Januari 2021 kasus kembali meningkat.

"Masa-masa ini Indonesia dihadapkan pada pandemi yang secara tiba-tiba, dan tengah melakukan percepatan penangananan, salah satunya denga kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Wiku.

Pada Juli dan Agustus 2020, kasus kematian sempat mengalami penurunan. Namun hal itu tak bertahan karena di September angka kematian akibat COVID-19 meningkat secara signifikan mencapai 46 persen atau 1.048 kasus.

Tak dipungkiri peningkatan ini disebakan periode libur panjang 15-17 dan 20-23 Agustus 2020. Meski seperti yang sudah sebutkan menurun kembali pada Oktober dan November.

"Peningkatan ini juga seiring dengan adanya periode libur panjang Natal dan Tahun Baru. Secara jumlahnya, dari November 2020-Januari 2021, 4.252 kasus atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan Oktober 2020. "Ini artinya bahwa, terdapat implikasi kematian dari setiap event libur panjang," kata Wiku.

Lebih jauh, Wiku membandingkan bulan-bulan tanpa periode libur panjang, jumlah kematian antara 50-900 kasus. Sementara pada bulan-bulan dengan libur panjang, jumlah kematian meningkat tajam mencapai 1000-2000 orang.

"Bayangkan dalam 1 bulan, kita bisa kehilangan lebih dari 1000 nyawa hanya karena memilih melakukan perjalanan dan berlibur," tandas Wiku.