Bagikan:

JAKARTA - Dalam upaya menekan penularan virus corona atau COVID-19, banyak negara yang menutup sementara gerbang ke negaranya. Tak ada lagi warga asing boleh masuk. Australia, salah satunya.

Kamis, 19 Maret, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan pada khalayak, Australia akan melarang seluruh warga asing memasuki Negeri Kanguru. Seperti dilansir abc.net, pemerintah Australia yakin perjalanan antarnegara adalah penyebab masuknya virus corona ke Australia.

"Sekitar 80 persen dari kasus yang kami miliki di Australia adalah hasil dari seseorang yang tertular virus di luar negeri atau seseorang yang telah melakukan kontak langsung dengan seseorang yang telah kembali dari luar negeri," kata Morrison.

Tak butuh waktu lama, aturan itu mulai berlaku pada pukul 21.00 waktu setempat, Jum’at, 20 maret, beberapa jam setelah pengumuman disampaikan. Peraturan berlaku untuk semua warga negara asing. Tak ada pengecualian, aturan itu berlaku bahkan bagi orang asing dengan visa pelajar.

Namun, bagi mereka yang telah memegang visa dan sudah berada di Australia, mereka dipersilakan tetap tinggal. Aturan ini adalah perluasan dari aturan sebelumnya, di mana Australia telah menutup gerbang negaranya untuk warga dari negara China, Iran, Italia, dan Korea Selatan.

Imbau warga pulang

Kabar baiknya, mereka yang tercatat resmi sebagai warga Australia dapat kembali dari luar negeri ke Australia. Tapi, mereka akan tetap diminta mengisolasi diri selama 14 hari untuk memastikan status kesehatan mereka.

Lebih lanjut, Scott Morrison juga berterima kasih kepada Qantas karena telah bekerja sama dengan pemerintah guna mempertahankan penerbangan untuk dapat membawa pulang orang-orang Australia di luar negeri. Morrison mengungkap, warga Australia yang berada di luar negeri telah didorong untuk kembali ke Australia secepatnya.

“Mereka yang berada di daerah yang tidak terjangkau pastinya menemukan kesulitan (untuk kembali ke Australia). Namun, bagi mereka yang ada di daerah lainnya, itu lah intensi kamu untuk memastikan kami dapat mengurus penerbangan bagi mereka untum kembali ke Australia secepat mungkin.”