JAKARTA - Banyak kesenian tradisional Betawi yang harus dijaga kelestariannya mengingat penting sebagai salah satu bentuk kearifan lokal dan kekayaan budaya serta identitas bagi masyarakat Betawi itu sendiri. Di tengah persaingan era digitalisasi, kebudayaan Betawi menghadapi beberapa tantangan seperti memudarnya eksistensi produk seni tradisi tersebut.
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Hardiyanto Kenneth pun berharap generasi muda Jakarta bisa ikut berpastisipasi dalam menjaga dan melestarikan kesenian tradisional Betawi sebagai identitas dan juga sarana hiburan yang sarat makna di dalamnya, seperti ondel-ondel, pencak silat, dan jenis-jenis tariannya yang mempunyai tata nilai sendiri, norma, fungsi dan filosofi secara khusus.
"Saat ini seni budaya Betawi tak lagi diperhatikan oleh sebagian masyarakat Jakarta, terutama bagi generasi muda yang seharusnya bisa ikut menjaga eksistensi seni budaya Betawi di masa kini dan masa yang akan datang," kata Kenneth dalam keterangannya, Kamis 23 Mei.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Bang Kent ini pun sepakat dengan Senator terpilih asal Jawa Barat (Jabar) Alfiansyah Bustami alias Komeng, berjuang untuk melestarikan seni budaya, agar generasi muda mengenal dari mana dirinya berasal.
"Saya bertemu lagi dengan Bang Komeng, dan dalam diskusi ini, Kami sepakat berjuang untuk melestarikan seni budaya agar bisa tetap eksis. Jangan sampai anak muda Jakarta, terutama yang berdarah betawi tidak tahu asal usul dan sejarah kesenian betawi. Di samping pelestarian keseniannya, kita juga harus mampu mengangkat lagi nilai-nilai yang terkandung di balik kesenian itu, karena lahirnya seni dan budaya dibentuk oleh nilai-nilai yang diresapi oleh masyarakatnya," ujar Kent.
Dia pun mencontohkan, negara Korea Selatan (Korsel) yang mempunyai kepekaan artistik yang sangat baik, dan telah mengembangkan kebudayaan yang khas dalam sejarah yang panjang.
"Di Korsel itu tradisi dan modernitas tumbuh bersama dalam semua bidang, seperti musik, seni rupa hingga tarian yang merupakan bagian penting dari kebudayaannya. Karena mereka menyadari bahwa di Korsel itu sumber daya alamnya sangat minim, tetapi mereka bisa menyadari harus mempunyai kelebihan supaya negaranya bisa di akui oleh dunia. Nah pada akhirnya seni budaya inilah yang mereka pilih dan dikelola secara maksimal, serta dikemas dalam bentuk musik K-Pop dan R & B, sehingga pada akhirnya hasil dari seni dan budaya yang dihasilkan ini bisa di akui oleh dunia dan selalu dicari-cari orang. Nah,untuk itu kita harus cerdas untuk belajar dengan menerapkan pola ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) apa strategi dari Negara Korsel ini hingga bisa membuat seni budaya mereka unggul dan di akui oleh kancah dunia," tuturnya.
BACA JUGA:
Menurut Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII tersebut, semangat warga Jakarta dalam melestarikan budaya betawi ini masih sangat minim dan dikhawatirkan seni budaya betawi ini ke depannya mengalami pendangkalan. Jika hanya produk seninya saja yang dilestarikan, sementara nilai-nilai kebudayaan betawi pun sendiri dilupakan.
"Saya berharap untuk para generasi muda, terutama yang berdarah betawi harus paham dan jangan apatis terhadap kelestarian seni budayanya sendiri. Jangan sampai seni budaya betawi ini tergerus karena perkembangan zaman, karena saya melihat hanya sedikit generasi muda yang mengetahui dan memahami makna budaya betawi secara keseluruhan. Kita harus kembali memberikan pemahaman sejak dini dan mengenalkan kembali indentitas betawi. Saya ingin budaya betawi ini kembali berjaya dan bisa menjadi salah satu ikon budaya yang bisa mewakili Negara Indonesia di kancah dunia," kata Kent.
Selain itu, Kent juga meminta Pemprov DKI Jakarta agar bisa mendukung sanggar-sanggar seni tradisi yang ada di Jakarta. Baik dukungan program maupun anggaran.
"Meskipun secara regulasi sudah tercantum tetapi pada kenyatannya masih kurang dukungan untuk sanggar-sanggar seni tradisi yang ada di Jakarta, Pemprov DKI harus bisa menyadari kekurangan ini, selain dengan dukungan program juga bisa di dukung dengan skema anggaran, supaya sanggar-sanggar seni ini bisa terus hidup dalam mewadahi para generasi muda, atau siapa saja yang ingin belajar seni budaya lebih dalam lagi dan juga agar sanggar-sanggar seni bisa terus tumbuh dan bergeliat, terutama dalam memamerkan ekspresi orisinal Betawi," tegas Kent.
Tak hanya itu, lanjut Kent, Pemprov DKI Jakarta juga harus cerdas dan bisa mengemas seni budaya ini agar menarik dengan memanfaatkan perkembangan digital. Dengan adanya internet, AI, dan dunia maya, jangan sampai seni budaya menjadi hilang dan generasi muda tak paham sejarah budaya dan asal usul kearifan lokalnya.
"Jangan dengan adanya internet dan AI, seni budaya ini lantas menjadi tergerus, dan generasi muda Jakarta ujung-ujungnya tak paham sejarah seni budaya kota dan asal usulnya. Inilah yang menjadi salah satu tugas utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bagaimana bisa mengemas seni budaya ini menjadi menarik, bisa dengan cara digital, dengan memanfaatkan media sosial untuk pengembangan dan pelestarian seni budaya hingga sampai mengenalkan kepada publik. Selain itu, juga bisa meniru kemajuan- kemajuan teknologi yang baru dan lebih modern. Sehinga budaya betawi bisa lebih lentur dan mengikuti perkembangan zaman. Jangan memberikan edukasi seni budaya menggunakan cara yang sudah ketinggalan zaman, dan terkesan tidak asyik untuk ditampilkan, kalau berjalan dengan pola seperti ini otomatis generasi muda kita tidak akan mempunyai minat dalam mendalami seni budaya itu sendiri karena terkesan membosankan," kata Kent.
Sementara itu, senator terpilih asal Jabar, Alfiansyah Bustami atau Komeng mengatakan, dirinya mempunyai tekad yang kuat ingin mengangkat derajat para komedian Indonesia, dan memajukan dunia komedi yang selama ini dianggap kurang dapat perhatian dari pemerintah.
Komeng juga bertekad agar pemerintah mau menetapkan Hari Komedi Indonesia pada 27 September yang selama ini gencar diperjuangkan dirinya bersama Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PASKI).
Selain itu juga, pria kelahiran Jakarta 25 Agustus 1970 itu, ingin mengembangkan kesenian di daerah Jawa Barat pada khususnya, di Indonesia pada umumnya. Kebudayaan seni Betawi pun tak luput dari semangatnya. Dan kini, ia bertemu kembali dengan Anggota DPRD DKI Hardiyanto Kenneth yang dianggap peduli dengan seni budaya Betawi.
"Bang Kent ini teman lama dan saya melihat bahwa beliau ini selalu bersemangat dalam memperjuangkan kelestarian kesenian Betawi, saya tau banyak tentang diri beliau ini. Beliau ini Luar biasa, Sebagai anggota legislatif yang punya hati, ingin selalu hadir dalam mempertahankan kelestarian budaya Betawi. Karena itulah kami sejalan, Karena niat saya dari awal untuk menjadi Anggota DPD RI semata hanya ingin memperbaiki citra seni budaya serta mengangkat derajat teman-teman komedian," ujar Komeng.
Pria yang dikenal dengan jargon 'Spontan… Uhuy!' itu pun menambahkan, dirinya bersama Bang Kent mempunyai visi dan misi yang sama soal budaya dan seni di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Jabar. Dan kedepannya akan bisa berjalan bersama.
"Saya dan Bang Kent mempunyai visi dan misi yang sama soal seni budaya, kedepannya kita bisa berjalan sama-sama dalam melestarikan seni budaya ini. Saya juga berdarah betawi tapi karena daerah pemilihan saya di Jabar dan beliau ada di Jakarta. Kita berkomitmen akan berjalan beriringan bersama-sama soal kemajuan dan kelestarian kesenian dan kebudayaan ini ke depannya," pungkas Komeng.