JAKARTA - Militer Republik Demokratik Kongo (DRC) mengklaim berhasil menggagalkan upaya kudeta di negara itu, dengan pemimpin gerakan tewas pada Hari Minggu, sementara sekitar 50 orang lainnya ditangkap, termasuk tiga warga negara Amerika Serikat, kata juru bicara tentara kepada Reuters.
Tembakan terdengar sekitar pukul 4 pagi di ibu kota Kinshasa, kata seorang reporter. Orang-orang bersenjata menyerang gedung kepresidenan di pusat kota, menurut juru bicara Sylvain Ekenge.
Serangan lain terjadi di dekat rumah Vital Kamerhe, seorang anggota parlemen yang diperkirakan akan menjadi ketua, kata juru bicara Kamerhe, Michel Moto Muhima dalam unggahan di X.
Moto Muhima mengatakan dua penjaga dan seorang penyerang tewas dalam insiden itu. Ekenge juga mengatakan satu penyerang tewas di sana.
Ekenge menyebut Christian Malanga, seorang politisi Kongo yang tinggal di AS, sebagai pemimpin upaya kudeta tersebut.
"Malanga secara definitif 'dinetralkan' selama serangan di Palais de la Nation, seorang Aboubacar 'dinetralkan' selama serangan di kediaman Vital Kamarhe (dan) yang lainnya, sekitar 50 orang termasuk tiga warga negara Amerika, ditangkap dan saat ini sedang menjalani interogasi oleh layanan khusus Angkatan Bersenjata," kata Ekenge kepada Reuters, seperi dikutip 20 Mei.
Dia mengatakan, Malanga pertama kali melakukan upaya dan menggagalkan kudeta pada tahun 2017. Salah satu warga Amerika yang ditangkap adalah putra Malanga.
Sebuah halaman Facebook yang tampaknya milik Malanga mengunggah video streaming langsung yang tampaknya merupakan serangan tersebut.
"Kami, para militan, sudah lelah. Kami tidak bisa melanjutkan dengan Tshisekedi dan Kamerhe, mereka telah melakukan terlalu banyak hal bodoh di negara ini," kata Malanga di Lingala dalam video tersebut, yang belum diverifikasi secara independen oleh Reuters.
BACA JUGA:
Terpisah, Duta Besar AS Lucy Tamlyn mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial, dia "sangat prihatin" dengan laporan bahwa warga Amerika diduga terlibat dalam peristiwa tersebut.
"Yakinlah bahwa kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang DRC sepenuhnya dalam menyelidiki tindakan kriminal ini dan meminta pertanggungjawaban setiap warga negara AS yang terlibat dalam tindakan kriminal," katanya.