Bagikan:

JAKARTA - Rusia bersama Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan terus memerangi Islamofobia, Kristenofobia, dan Russofobia di seluruh dunia, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sambutannya kepada para peserta Forum Diplomat Muda OKI.

Konferensi ini diadakan di sela-sela acara ekonomi internasional "Dunia Rusia-Islam: KazanForum" yang digelar di Kazan, Tatarsan pada 14-19 Mei 2024.

"Kami, bersama OKI, siap untuk terus memfasilitasi dialog antaragama dan lintas budaya serta melindungi nilai-nilai spiritual dan moral yang dianut oleh semua agama di dunia," kata Menlu Lavrov, dikutip dari TASS 16 Mei.

"Memerangi Islamofobia, Christianophobia dan Russophobia serta bentuk kebencian ras dan etnokultural lainnya," lanjutnya.

"Rusia adalah negara Eurasia terbesar, sebuah negara peradaban yang secara tradisional mendukung hubungan jujur dan saling menghormati dengan negara-negara Muslim," tegas Menlu Lavrov.

Menlu Lavrov menggarisbawahi, Rusia adalah pendukung yang konsisten untuk membentuk tatanan dunia multipolar yang lebih adil dan demokratis berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB.

"Kami dipersatukan dengan teguh oleh kepatuhan yang teguh terhadap keunikan budaya dan peradaban masyarakat dan hak alami mereka untuk melestarikan tradisi dan sejarah mereka, untuk menentukan sendiri jalur perkembangan mereka," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin dalam sesi tanya jawab dan konferensi pers akhir tahun lalu menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya Islamofobia, anti-Semitisme, Russofobia di seluruh dunia

"Mengenai peningkatan Islamofobia, anti-Semitisme, Russofobia, dan manifestasi serupa lainnya, ya, tampaknya memang meningkat, dan ada tren peningkatan," kata Presiden Putin saat menjawab pertanyaan tentang pendapatnya tentang pertumbuhan Islamofobia hingga anti-Semitisme di seluruh dunia.

Menurut Presiden, hal ini disebabkan karena masyarakat rentan mengalami ketidakadilan seperti ini. Dia mencontohkan situasi saat ini di Jalur Gaza, yang menghasilkan "reaksi tertentu" di dunia Islam dan semakin banyak orang yang "berpikir radikal."

"Peningkatan ini jelas karena jumlah orang-orang seperti ini terus meningkat. Tidak ada hal baik di sini, namun ini adalah akibat dari kebijakan elitis dan tidak adanya solusi adil terhadap masalah Palestina selama beberapa dekade," kata Presiden Putin.

Di Rusia, Ia menambahkan, peran besar dalam menjaga perdamaian antar etnis dimainkan oleh denominasi agama dan daya tarik nilai-nilai tradisional, serta menerapkan kebijakan dalam dan luar negeri yang seimbang.