Bagikan:

JAKARTA - Polri bersama pihak terkait berupaya memulihkan ruas jalan Padang-Bukittinggi yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi maupun banjir bandang.

Peristiwa bencana alam itu diketahui tak hanya menyebabkan putusnya akses jalan. Tetapi, juga mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia.

"Kita bersama instansi terkait sedang lakukan perbaikan secepatnya karena ini jalan vital yang mengakibatkan kesulitan warga untuk beraktivitas," ujar Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Erdi Adrimulan Chaniago dalam keterangannya, Senin, 13 Mei.

Sementara untuk masyarakat yang hendak bepergian dari Padang ke Bukittinggi atau sebaliknya disarankan untuk menggunakan jalan alternatif. Salah satunya melalui jalur Malalak atau Solok.

"Bisa lewat Malalak, namun di sana juga terjadi longsor sedang diupayakan untuk bisa dilewati," ucapnya.

"Selain lewat Malalak, masyarakat juga bisa melewati jalan alternatif kedua yaitu jalur Sitinjau, Solok dan Singkarak," sambung Erdi.

Tak hanya mengenai akses jalan, Polri juga mengirimkan tim bantuan kesehatan dari Biddokes Polda Sumbar ke wilayah Bukittinggi, Tanah Datar dan Padang Panjang. Sehingga, masyarakat yang membutuhkan dapat langsung ditangani dengan baik.

"Polda Sumbar membuka Posko untuk melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan agar para korban mendapatkan perawatan dan memulihkan kondisi kesehatan mereka," kata Erdi.

Sebagai informasi, kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang, Sumatera Barat, melaporkan hingga hari ini pukul 13.00 WIB, korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi maupun banjir bandang di tiga wilayah mencapai 43 orang.

Rinciannya, 19 orang korban meninggal dunia dari Kabupaten Agam, 14 di Kabupaten Tanah Datar, delapan di Kabupaten Padang Pariaman dan dua korban asal Kota Padang Panjang. Dari jumlah itu, Basarnas melaporkan korban yang sudah berhasil teridentifikasi berjumlah 38 orang.

Dengan penambahan korban jiwa tersebut SAR juga memperbaharui jumlah korban yang belum ditemukan yakni 15 orang. Rinciannya 12 di Kabupaten Tanah Datar dan tiga orang di Kabupaten Agam.