Bagikan:

JAKARTA - Para pejabat Israel secara pribadi menyatakan kepada para pejabat AS “rasa frustrasi” atas penundaan pengiriman senjata.

Sumber yang dikutip CNN, Rabu, 8 Mei menyebutkan para pejabat menyampaikan kekhawatiran “bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan negosiasi kesepakatan penyanderaan pada saat yang kritis,” kata sumber itu.

Sumber tersebut tidak mengatakan pada tingkat apa percakapan itu terjadi.

“Israel juga menekankan bahwa tekanan harus ditujukan kepada Hamas, bukan kepada Israel, dan menegaskan kembali harapan mereka bahwa AS akan terus mendukung Israel dalam upayanya untuk mengalahkan Hamas,” kata sumber tersebut.

 

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin membenarkan AS menghentikan pengiriman “amunisi bermuatan tinggi” ke Israel karena operasi darat di Rafah tanpa rencana untuk warga sipil di kota Gaza selatan.

“Kami akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa Israel memiliki sarana untuk mempertahankan diri. Namun, kami saat ini sedang meninjau beberapa pengiriman bantuan keamanan jangka pendek dalam konteks peristiwa yang terjadi di Rafah,” kata Austin dilansir CNN, Rabu, 8 Mei.

CNN sebelumnya melaporkan AS pekan lalu telah menghentikan pengiriman 1.800 bom berbobot 2.000 pon dan 1.700 bom berbobot 500 pon ke Israel di tengah kekhawatiran atas potensi penggunaannya dalam serangan Rafah.

“Kami sudah sangat jelas… bahwa Israel tidak boleh melancarkan serangan besar-besaran ke Rafah tanpa mempertimbangkan dan melindungi warga sipil yang berada di wilayah pertempuran tersebut,” kata Austin.

Austin mengatakan AS belum membuat “keputusan akhir” tentang apa yang akan terjadi dengan pengiriman senjata tersebut.

Dia menekankan pengiriman tersebut bukan bagian dari paket belanja tambahan yang baru-baru ini disahkan oleh Kongres yang mencakup bantuan untuk Ukraina dan juga Israel.