Bagikan:

JAKARTA - Ketika pertempuran berkecamuk di pinggiran Rafah an pasukan Israel semakin mendekat, warga Palestina kembali bergerak, meninggalkan lingkungan di kota Gaza selatan dan menjadikannya sebagai kota hantu.

DIsrael mengancam akan melakukan serangan besar-besaran di Rafah untuk mengalahkan ribuan pejuang Hamas yang menurut mereka bersembunyi di sana.

Tapi lebih dari satu juta orang berlindung di kota tersebut, sehingga memicu peringatan dari PBB akan adanya bencana kemanusiaan.

Pasukan Israel yang bertugas menghancurkan Hamas, pada Selasa, 7 Mei, merebut perbatasan utama antara Gaza dan Mesir di Rafah, memutus jalur penting bagi bantuan ke daerah kantong tersebut, di mana malnutrisi tersebar luas.

Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan operasi terbatas di Rafah untuk membunuh para pejuang dan membongkar infrastruktur yang digunakan oleh Hamas, yang menguasai Gaza. Mereka memerintahkan warga sipil untuk pergi ke “zona kemanusiaan yang diperluas” sekitar 20 km (12 mil) jauhnya.

 

Tiga warga Rafah mengatakan kepada Reuters, Rabu, 8 Mei, melalui telepon, puluhan ribu orang telah meninggalkan kota tersebut, yang dipandang sebagai tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina yang telah berkali-kali mengungsi akibat serangan udara Israel yang menghancurkan Gaza.

Orang-orang di Jneina, Al-Shawka, Al-Salam dan lingkungan lainnya diperintahkan oleh tentara Israel untuk pergi untuk mengantisipasi serangan.

Sekitar 1,4 juta orang berlindung di Rafah, sehingga meningkatkan kemungkinan jatuhnya banyak korban jiwa.

“Beberapa jalan sekarang terlihat seperti kota hantu,” kata Aref, 35, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

“Kami tidak takut mati dan mati syahid, namun kami mempunyai anak-anak yang harus dirawat dan hidup hingga hari berikutnya ketika perang ini berakhir dan kami membangun kembali kota ini,” katanya kepada Reuters.