Ditolak Gabung Koalisi Prabowo, PKS Balas Gelora: Oposisi Sehat Kok
Tangkapan layar Instagram Mardani Ali Sera. 

Bagikan:

JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membalas penolakan Partai Gelora untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming. PKS mengingatkan bahwa berada di luar pemerintahan atau oposisi juga sehat. 

Balasan itu disampaikan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dalam sebuah video bersama istrinya yang juga kader PKS, Siti Oniah. 

"Oposisi apa koalisi? Ha-ha-ha," ujar Mardani dalam video yang diunggah di Instagramnya, Senin, 29 April. 

Siti kemudian menjawab Mardani dan menyindir partai yang menolak PKS gabung pemerintah. Siti kasihan karena partai tersebut tidak lolos ke Parlemen. 

"Aduh ya, dengar berita yang menolak PKS untuk koalisi. Aduh, terima kasih ya, itu partai apa ya? Nggak lolos PT gitu loh, takut disaingi ya, masyaallah tabarakallah. Nol koma sekian loh," kata Siti. 

Mardani berpandangan bahwa proposal program yang dimiliki PKS dan Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta berbeda. "Proposalnya kita sama Mas Anis beda, dan visinya beda," kata dia.

Secara pribadi, Mardani mengaku memilih tetap di luar pemerintahan. Sebab menurutnya, menjadi oposisi dapat menjaga pemerintahan tetap bekerja untuk rakyat.

"Kalau saya, oposisi, sehat kok, sekalian kita jaga pemerintah biar betul-betul bekerja buat rakyat," kata Mardani.

Sebelumnya, Partai Gelora menolak PKS yang dikabarkan ingin bergabung ke pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Gelora pun mengungkit soal pandangan pendukung PKS jika memutuskan mendukung Prabowo-Gibran. 

"Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," ujar Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Senin, 29 April. 

Mahfuz lantas menyinggung soal PKS yang selalu memainkan narasi ideologisnya melawan pemerintah. Termasuk kepada paslon nomor urut 2 dalam proses Pilpres 2024 kemarin.

"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo."