Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan adanya lonjakan pasien virus corona atau COVID-19 menjadi 172 kasus. Sementara, per kemarin, 16 Maret total ada 134 pasien COVID-19.

DKI Jakarta, katanya, menyumbangkan angka tertinggi untuk pasien pengidap COVID-19. Hal ini terjadi karena wilayah yang dipimpin oleh Anies Baswedan ini punya pintu gerbang perbatasan yang cukup besar dan mobilitas yang cukup tinggi.

"Total kasus (COVID-19) ada 172 kasus dimana kasus meninggal tetap lima orang. Penambahan terbanyak dari DKI Jakarta, kemudian Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kepulauan Riau," kata Yuri dalam konferensi persnya, Selasa, 17 Maret.

Tingginya angka pengidap virus yang berasal dari Kota Wuhan, China ini juga terjadi akibat adanya kontak dari kasus pasien positif yang sudah ada sebelumnya.

Walau jumlah pengidap kasus ini di Jakarta cukup tinggi, namun tak semuanya dirawat di rumah sakit. Yuri mengatakan, mereka yang bergejala ringan hanya perlu melakukan self-isolated di kediaman masing-masing. Kata Yuri, mereka juga sudah disosialisasikan tentang self-isolated.

"Isolasi rumah ini bukan sesuatu yang sulit dan sederhana namun membutuhkan komitmen yang kuat, tak hanya dari pasien namun juga dari keluarga.

Juru bicara penanganan COVID-19, Achmad Yurianto

Dalam isolasi rumah, seseorang pasien diharuskan untuk tetap menggunakan masker dan menjaga jarak dengan anggota keluarga yang lain. Mereka juga diminta tak menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain, bahkan jika memungkinkan pasien diharapkan tidur di ruangan yang berbeda.

Siapkan 10ribu alat tes

Yuri mengatakan, saat ini, Indonesia tak kekurangan alat tes COVID-19, meski jumlah orang yang dites terus bertambah. Menurut Yuri, walaupun alat ini harus dibeli dari luar negeri, namun tak ada masalah terkait penyediaannya.

"Untuk kit (alat tes), sudah kami terima 10 ribu alat dan sebentar lagi kami tambah. ... Ini harus kami beli dari luar dan tidak ada masalah karena penyedianya tidak kesulitan untuk memberikan jumlah yang kita minta," kata Yuri tanpa menerangkan secara lanjut dari mana alat tersebut dibeli.

Dia memprediksi akan ada lonjakan penambahan pasien yang signifikan di kemudian hari. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena tracing terhadap kasus-kasus yang terjadi terus dilakukan. Selain itu, masyarakat kini sudah semakin teredukasi dan proaktif dalam memberikan laporan keterkaitannya dengan COVID-19.

"Beberapa yang merasa memiliki kontak dengan kasus positif yang dinyatakan langsung melakukan konsul dengan dokter di beberapa rumah sakit dan beberapa di antara mereka diputuskan dilakukan swab (pengambilan sampel liur) dalam rangka pemeriksaan virus. ... Seluruhnya akan kami awasi," jelasnya.

Meski ada kemungkinan penambahan jumlah pasien secara signifikan, Yuri mengatakan, ada ratusan rumah sakit yang siap siaga untuk merawat mereka.

Di antaranya 109 rumah sakit milik TNI, 53 rumah sakit milik Polri, 65 rumah sakit milik BUMN, serta beberapa rumah sakit swasta dan salah satunya adalah RS Pertamina Jaya yang telah menjadikan kasur di rumah sakit tersebut sebagai tempat perawatan COVID-19.

Walau telah bersiap terhadap penambahan pasien secara signifikan, namun Yuri mengingatkan agar masyarakat tidak panik menghadapi virus ini. Dia juga menyatakan, masyarakat yang merasa sakit tak bisa asal minta diperiksa atau dites COVID-19 jika tak ada kontak secara langsung dan tak ada arahan dari dokter yang melakukan pemeriksaan sebelumnya.

Dia meminta agar masyarakat bisa terus mengikuti aturan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah untuk mengurangi kejadian kontak langsung dengan orang lain di kerumunan ataupun tempat umum. Sebab, tempat umum dan kerumunan orang menjadi tempat yang rawan terjadi penyebaran virus tersebut.

"Ini maknanya untuk mengurangi kejadian kontak dengan orang di kerumunan dan di tempat umum. Di sinilah kerawanan terjadi," kata dia.