Bagikan:

JAKARTA - Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono tak menyangka partainya tak lolos ke Parlemen pada Pemilu 2024. PPP gagal masuk Senayan usai mendapat perolehan suara 3,87 persen. 

Kegagalan ini menjadi pengalaman yang pertama dalam sejarah setelah 11 kali Partai Kabah mengikuti pemilu. Saat ini, PPP melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena mempunyai bukti adanya pengurangan suara partainya hingga mencapai 200 ribu suara. 

"Jadi walaupun pada saat itu kita berpikir ini memang suatu keniscayaan yang harus terjadi tetapi memang ada keterkejutan, karena menjelang pemilu kami sudah mempersiapkan diri dengan baik, termasuk kita masih meyakini dari perolehan suara yang kita rangkum di pusat tabulasi nasional kita, kita masih bisa mendapatkan lebih dari 4 persen," ujar Mardiono dalam acara ROSI episode Pertama dalam Sejarah, Parlemen tanpa PPP yang disiarkan kanal YouTube Kompas TV, Kamis, 18 April, malam. 

Mardiono mengaku melihat keanehan pada proses penghitungan suara melalui Sirekap. "Kemudian pada pelaksanaan penghitungan suara, kita melihat ada real count dan Sirekap KPU kita cenderung naik turun, dan terakhir, setelah kita mengalami penurunan di hari ketiga keempat kita berada di posisi 3,8 kemudian naik 3,9 naik lagi menjadi 4,02-4,04 persen lalu Sirekap mati tidak beredar lagi," ucapnya. 

Meskipun KPU mengacu pada penghitungan suara manual, namun Mardiono mengatakan PPP melihat ada kejanggalan pada Sirekap lantaran menghilang jelang penghitungan suara akhir. 

"Sedangkan kami meyakini KPU semakin canggih, kita sudah melaksanakan pemilu sejak merdeka negeri ini, tentu KPU sebagai penyelenggara pemilu sudah memiliki persiapan yang canggih," imbuhnya.  

Mardiono membenarkan dirinya tidak menyangka PPP tak lolos ke Parlemen. Karena tren tabulasi nasional suara PPP masih di atas 6 juta.  

Mardiono mengamini sejumlah lembaga survei sudah memberikan 'warning' lewat prediksi PPP tak lolos ke Parlemen karena di bawah ambang batas 4 persen. Namun, pihaknya tetap berkukuh hasil suara PPP bisa berubah saat pelaksanaan pemilu. 

Apalagi, Mardiono mengatakan, PPP sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari. Ditambah lagi, dirinya juga rajin turun langsung ke daerah-daerah untuk menyosialisasikan Partai Kabah. 

 

"Setahun lebih, sejak saya menggantikan pak Suharso Monoarfa, saya selalu turun ke lapangan bahkan banyak daerah yang sebelumnya tak pernah didatangi ketum. Saya turun dari Aceh sampai Papua. PPP itu partai yang masih eksis di grassroot, di kabupaten kota secara merata dari Aceh sampe Papua kita masih deras," ungkapnya. 

Meski tren perolehan suara menurun dari tahun ke tahun, Mardiono menegaskan, PPP masih diminati pemilih pada Pemilu 2024 ini. Terbukti dengan  

"Di tingkat kabupaten/kota kami mengalami kenaikan suara termasuk kursi itu ada di 93 kabupaten/kota bahkan kota memiliki pimpinan dewan yang jumlahnya masih cukup signifikan," kata Mardiono. 

"Tapi secara nasional, saya ingin katakan PPP tidak ditinggalkan pemilih, kalau tidak dipilih oleh konstituen kami maka di daerah daerah itu tidak mendapatkan kursi," pungkasnya.