NATUNA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, Kepulauan Riau, berupaya mencari solusi terkait krisis air bersih yang tengah melanda wilayah Pulau Bunguran Besar.
Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda mengatakan, krisis air bersih terjadi akibat rendahnya intensitas hujan di wilayah Pulau Bunguran Timur sejak sebulan terakhir.
Sebenarnya Pulau Bunguran Besar tidak kekurangan air baku sebab di embung Sebayar masih terdapat air baku sekitar 70 persen.
Hanya saja air tersebut belum bisa digunakan karena belum memiliki sistem penyediaan air minum (SPAM) dan belum dikelola dengan.
"Hari ini kita akan mencari solusi terkait permasalahan yang tengah terjadi saat ini," ucap dia ketika memimpin rapat bersama para pemangku kepentingan di Natuna, Antara, Kamis, 18 April.
Solusi cepat untuk mengatasi krisis air adalah dengan melakukan modifikasi cuaca. Namun hal tersebut berpotensi tidak bisa dilakukan karena status kekeringan di Natuna tidak masuk dalam kategori tanggap darurat.
"Karena masalah kita saat ini pada pendistribusian airnya saja, kalau air baku kita ada," ujar dia.
Namun, kata dia, jika kekeringan terus berkepanjangan pihaknya akan mencoba untuk meningkatkan status kekeringan menjadi tanggap darurat, agar pemerintah pusat bisa melakukan modifikasi cuaca.
"Untuk hal ini nanti kita buat tim kecil lagi, karena kalau dibahas di sini akan memakan waktu yang lama," imbuh dia.
Ia menyebut, solusi lain untuk menyelesaikan krisis air ini adalah dengan menghemat penggunaan air serta berdoa kepada Tuhan agar diturunkan hujan.
"Kita imbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air, kemudian kita imbau seluruh rumah ibadah untuk berdoa agar diturunkan hujan," tutur dia.
Sementara Direktur Utama PDAM Tirta Nusa Natuna Zaharudiin mengatakan, sumber air bersih mereka tinggal 30 persen.
Menurut dia saat ini sumber utama ketersediaan air di Natuna adalah hujan, oleh karena itu jika tidak ada hujan maka Natuna akan mengalami krisis air.
Kondisi air yang tinggal 30 persen tersebut menyebabkan pendistribusian air melalui SPAM terganggu akibat tekanan air berkurang.
Oleh karena itu, pihaknya terpaksa melakukan pendistribusian air melalui SPAM secara bergilir.
"Terpaksa kita gilir, jika tidak nanti beberapa wilayah tidak akan dialiri air," ucap dia.
BACA JUGA:
Selain melakukan penggiliran, pihaknya juga melakukan pendistribusian secara bergilir menggunakan mobil tangki. Namun hal tersebut belum optimal, pasalnya jumlah pelanggan mereka cukup banyak dan mobil tangki hanya dua unit. "Kita akan terus berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik," ujar dia.