Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Gibran Center, Roy Marjuk menyoroti pernyataan Guru Besar Filsafat STF Driyarkara, Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis yang menyebut seorang presiden tidak ubahnya seperti pemimpin organisasi mafia bila menggunakan kekuasaannya hanya untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Pernyataan itu disampaikan Romo Magnis saat dihadirkan sebagai ahli oleh kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam sidang lanjutan sengketa hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024 di MK, Selasa, 2 April.

Roy memuji pernyataan Romo Magnis lantaran tidak menyebut 'presiden seperti pemimpin mafia' dengan sebutan Presiden adalah Presiden Jokowi. Karena menurutnya, Romo Magnis mengetahui bahwa Jokowi bukanlah Presiden yang dimaksud.

"Romo Magnis sadar betul bahwa Jokowi adalah seorang Presiden yang mendermakan diri dan keluarganya semata-mata bagi bangsa dan negara,” ujar Roy Marjuk kepada wartawan, Rabu, 3 April.

Karena itu, Roy berharap, semua pihak terkait di tengah proses yang sedang berlangsung di MK tidak salah persepsi. Baik panitera, hakim dan kubu-kubu yang berseteru tidak membuat kesaksian Romo Magnis menjadi bola panas dengan menjustifikasi bahwa sosok presiden yang dimaksud adalah Jokowi.

"Cerdaslah bersikap, janganlah menganggap Romo Magnis hadir membela satu pihak dan menyalahkan pihak yang lain. Meskipun datang sebagai saksi ahli yang diminta kubu 03, Romo Magnis adalah guru kita semua. Beliau hadir di MK demi bangsa dan negara sebagaimana Presiden Jokowi yang ikhlas mendermakan apapun yang dimilikinya termasuk menyerahkan Putranya untuk rakyat Indonesia," kata Roy.

Menurut Roy, Presiden Jokowi dan Romo Magnis adalah dua permata yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebab keduanya adalah tokoh yang berada di rel yang sama dan tidak mungkin bersebrangan.

"Sebaliknya, Romo Magnis mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi dan, Jokowi pun menghormati Romo Magnis,” kata Roy Marjuk.

Sebelumnya, Romo Magnis menyebut seorang presiden tidak ubahnya seperti pemimpin organisasi mafia bila menggunakan kekuasaannya hanya untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu saat dihadirkan sebagai ahli oleh kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam sidang lanjutan sengketa Pilpres 2024 di MK, Selasa, 2 April.

"Memakai kekuasaan untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu membuat presiden menjadi mirip dengan pimpinan organisasi mafia. Presiden adalah penguasa atas seluruh masyarakat yang harus sadar bahwa tanggung jawabnya adalah keselamatan seluruh bangsa, sehingga tidak boleh menggunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi dan keluarganya," kata Romo Magnis.

"Seorang Presiden harus menjadi milik semua, bukan hanya milik mereka yang memilihnya. Kalaupun dia misalnya berasal dari satu partai, begitu dia menjadi presiden segenap tindakannya harus demi keselamatan semua," sambungnya.

Mengutip filsuf Immanuel Kant, Romi Magnis juga menyebutkan bahwa masyarakat akan menaati pemerintah apabila bertindak atas dasar hukum yang berlaku.

"Apabila penguasa bertindak tidak atas dasar hukum dan tidak demi kepentingan seluruh masyarakat, melainkan memakai kuasanya untuk menguntungkan kelompok, kawan, keluarganya sendiri, motivasi masyarakat untuk menaati hukum akan hilang. Akibatnya, hukum dalam masyarakat tidak lagi aman, negara hukum akan merosot menjadi negara kekuasaan dan mirip dengan wilayah kekuasaan mafia," jelas Romo Magnis.