Bagikan:

JAKARTA - Depresi melanda rakyat kecil atau lapisan bawah akibat didera kesulitan ekonomi. Kesulitan mencari nafkah menjadi pencetus banyaknya penderita stroke di Indonesia.

Demikian hal ini disampaikan Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Mayjen TNI (Pur) Dr. dr. Tugas Ratmono, SpN, MARS, MH, (30/03), di lingkungan padat hunian Pulo Gebang, Kec. Cakung, Jakarta Timur, Minggu, 31 Maret.

Ia juga meminta pemerintah untuk segera mengutamakan pemberdayaan ekonomi mikro berbasis lingkungan. Menurutnya, hal itu perlu untuk membantu rakyat yang kesulitan mencari nafkah.

"Pemerintah masa mendatang kita harapkan peduli rakyat lapisan bawah yang sedang dilanda kesulitan cari nafkah," kata Dr.Tugas, "Usaha tingkat mikro berbasis lingkungan patut dapat kepedulian." katanya dr. Tugas.

Perekonomian mikro berbasis lingkungan dimaksudkan Dr. Tugas merujuk pada aktivitas usaha jasa dan barang kebutuhan sehari-hari di sekitar permukiman. Lokasinya mudah diakses warga setempat. Pemberdayaan melibatkan pemangku kepentingan, terutama Kementerian Koperasi, Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM), serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

"Dikhawatirkannya bila tidak mendapat perhatian, gangguan kesehatan makin masif. Rakyat miskin paling rentan terserang stroke dan penyakit lainnya. Menyikapi kondisi memprihatinkan tersebut, Yastroki mengagendakan kajian mendalam seputar problem kemiskinan berkaitan dengan kesehatan rakyat," katanya.

Selama Ramadhan 2024, menurut Suhadi, pimpinan KRESHNA, mendatangi 55 stroker di hunian masing-masing, wilayah Jabodetabek. Penyerahan bantuan siang kemarin termasuk diikuti Wakil Sekjen Yastroki Kol. (Pur.) Hari Soesetyo, SKM, MARS. Yayasan Kota Jakarta Weltevreden diketuai Toto Irianto yang berkolaborasi dalam berbagai aktivitas Yastroki, turut mendampingi.

Peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia kini menduduki urutan pertama angka kematian. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, stroke di Indonesia meningkat 56% dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2013, naik menjadi 10,9 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Total penderita berkisar 2,91 juta jiwa.