Bagikan:

JAKARTA - Anak-anak di Jalur Gaza mungkin tidak akan selamat dari kelaparan, kendati mereka mampu terhindar dari pemboman Israel, saat jumlah korban tewas warga Palestina di wilayah kantong tersebut terus bertambah, kata Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Anak yang selamat dari pemboman mungkin tidak akan selamat dari kelaparan. Izinkan lebih banyak bantuan untuk Gaza. Gencatan senjata," tulis Dr. Tedros di akun media sosial X, seperti dikutip 7 Maret.

Peringatan Direktur Jenderal WHO itu disertai dengan video kesaksian dari seorang dokter yang berbasis di unit anak di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

"Malnutrisi berperan besar dalam jumlah anak yang datang kepada kami dan jumlah kematian," kata Dr. Imad Dardonah dalam video tersebut, dilansir dari CNN.

Lebih jauh Dardonah mengatakan, para dokter di rumah sakitnya tidak dapat mengobati 50 persen hingga 60 persen kasus malnutrisi yang mereka alami, menambahkan satu-satunya jalan keluar yang mereka miliki adalah memberikan larutan garam atau gula kepada anak-anak tersebut.

Setidaknya 20 orang telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi sejak perang dimulai di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Dari korban meninggal, 15 di antaranya adalah anak-anak, kata Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, Jamie McGoldrick, koordinator kemanusiaan PBB yang baru saja kembali dari perjalanan dua hari ke Gaza, pada Hari Kamis memperingatkan kelaparan di sana telah mencapai "tingkat bencana."

"Anak-anak sekarat karena kelaparan,” kata McGoldrick dalam jumpa pers, sambil menekankan bahwa pembatasan pengiriman makanan yang dilakukan Israel berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari anak-anak.

Terpisah, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 30.800 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong tersebut pada Hari Kamis, dikutip dari Anadolu.

Pernyataan kementerian menambahkan, sedikitnya 72.298 orang juga terluka dalam serangan gencar tersebut.

"Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," kata Kementerian.

Sekitar 85 persen warga Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan Israel di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.