Komitmen Bela Palestina, Wapres Ajak Diaspora RI di Selandia Baru Sigap Hadapi Geopolitik
Wapres Ma'ruf Amin dalam Dialog Kebangsaan yang melibatkan 300 kaum diaspora RI di Selandia Baru, Kamis (29/2/2024). (ANTARA/HO-Setwapres)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengajak peran serta kaum diaspora Indonesia di Selandia Baru menjadi problem solving dari tantangan dinamika geopolitik dan geoekonomi global yang tak menentu.

"Tantangan global dan kawasan yang kita hadapi kian berat dengan dinamika geopolitik dan geoekonomi yang tidak menentu saat ini," kata Wapres Ma'ruf saat membuka Dialog Kebangsaan di Auckland, Selandia Baru, Kamis 29 Februari malam, disitat Antara.

Ia mengatakan bahwa Indonesia telah berkomitmen untuk selalu menjadi bagian dari solusi, bukan jadi masalah dari keadaan yang terjadi.

"Janji kemerdekaan kita bahwa Indonesia akan berperan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Itu komitmen kita di dalam konstitusi kita," katanya.

Komitmen itu, kata Ma'ruf, juga mencakup upaya Indonesia untuk menciptakan perdamaian dunia, salah satunya dalam mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.

Dalam pertemuan Wapres Ma'ruf dengan Deputi Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peter, Rabu 28 Februari, Indonesia mengajak Selandia Baru untuk bersama-sama mendorong upaya internasional dalam mewujudkan gencatan senjata, penyaluran bantuan kemanusiaan, dan dimulainya kembali pembicaraan damai atas dasar solusi dua negara.

"Alhamdulillah, pemerintah Selandia Baru sepakat dengan Indonesia untuk ikut menyelesaikan masalah Palestina," katanya.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi baru-baru ini juga telah berbicara di depan Mahkamah Internasional dan menyerukan penghentian pendudukan Israel di tanah Palestina.

Di samping itu, kata Ma'ruf, upaya untuk melaksanakan ketertiban dunia dengan mengedepankan dialog lintas agama, sebagai salah satu elemen politik luar negeri Indonesia.

"Saya kerap mengangkat isu moderasi beragama dalam berbagai kesempatan ke negara yang saya kunjungi, termasuk kemarin dalam pertemuan saya dengan Perdana Menteri dan Deputi Perdana Menteri, serta dalam Kuliah Umum di Universitas Victoria Wellington," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa moderasi beragama dibangun melalui cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mengedepankan toleransi, antikekerasan, komitmen kebangsaan yang tinggi, dan penghargaan terhadap tradisi.