Korban Pelecehan Oknum Rektor Universitas Pancasila Dimutasi karena Takut
Ilustrasi (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kuasa Hukum korban pelecehan oknum rektor Universitas Pancasila, Amanda Manthonovi, mengungkapkan bahwa kliennya, RZ dimutasi usai kejadian tersebut.  Kata dia, RZ selalu merasa takut jika masuk ke ruangan rektor dan korban selalu diminta ditemani.

“Dia minta didampingi. Nah dari situ nggak lama di bulan yang sama dia dimutasi ke S2,” kata Amanda saat dikonfirmasi, Sabtu, 24 Februari.

Sementara itu untuk korban DF, memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai honorer di Universitas Pancasila, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Dia pegawai honorer enggak lama dari kejadian tu ya udah dia mengundurkan diri dia udah trauma ya, psikisnya juga,” ucapnya.

Setelah kejadian itu, mereka berdua melaporkan ke pihak kepolisian. Adapun laporannya Korban, RZ ke Polda Metro Jaya. Laporan teregister dengan nomor LP/B/193/I/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Sedangkan korban inisial DF membuat laporan ke Bareskrim Polri. Laporan tercatat dengan nomor LP/B/36/I/2024/SPKT/BARESKRIM POLRI.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jata, Kombes Ade Ary Syam membenarkan adanya laporan tersebut. Rencananya pihaknya akan melakukan pemanggilan terhadap terlapor pada Senin, 26 Februari, besok.

“Betul, kita akan periksa Rektor Universitas Pancasila, Senin, 26 Februari,” kata Ade Ary.

Kronologis

Kuasa hukum kedua korban, Amanda Manthonovi mengatakan korban RZ adalah staf Humas dan Ventura Universitas Pancasila sedangkan DF karyawan honorer.

Aman menceritakan kejadian itu berawal saat RZ dipanggil untuk datang ke ruang rektor pada Februari 2023, lalu. Namun, saat RZ bekerja tiba-tiba oknum rektor itu mendatanginya dan melakukan pelecehan tersebut.

“Waktu lagi catat-catat sambil komunikasi, tiba-tiba dia (korban) dicium,” kata Amanda saat dikonfirmasi, Sabtu, 24 Februari.

Sontak RZ mengaku kaget dengan perilaku atasannya. Kendati demikian, ia tidak dapat meluapkan emosinya, sehingga memutuskan untuk keluar dari ruang kerja tersebut.

“Saya (korban) kaget dan saya sebenernya pengennya, pengen saya ngamuk, pengen mukul, tapi saya masih sadar dan saya langsung ketakutan'. Dia langsung buru-buru pengen keluar,” katanya.

“Terus sebelum dia keluar, rektor dengan bahasa baik dan lembut dan saya langsung ketakutan gitu kan. 'ini coba kamu sebelum keluar, mata saya liat dulu' katanya 'mata saya merah nggak?,” sambungnya.

Korban yang ketakutkan dengan terpaksa menghampiri oknum rektor tersebut. Namun, secara tiba-tiba terlapor kembali melakukan pelecehan terhadap dirinya.

“Karena udah kejadian tadi dicium, dia ngak berani dong deket deket. Jadi rektor duduk, mbak korban berdiri, tapi posisi mbak Rika ada disamping kanannya rektor sambil agak menjauh badannya membungkuk tapi agak jauh meneteskan obat tetes mata. secara tiba-tiba tangan kanannya prof itu meremas payudaranya dia,” ungkapnya.