Bagikan:

JAKARTA – Nelayan di perairan Banten meliputi selatan Banten, Samudera Hindia, dan Selat Sunda bagian Selatan diimbau waspada adanya gelombang tinggi mencapai 2,50 meter, pada 19-20 Februari 2024.

Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang, Tatang, mengatakan pihaknya mengeluarkan peringatan dini terhadap keselamatan nelayan dan kapal tongkang yang melintasi Perairan Banten.

Selama ini, di perairan tersebut memiliki ketinggian gelombang 2,50 meter, sehingga berisiko tinggi bagi pelaku pelayaran khususnya nelayan yang menggunakan perahu dan kapal tongkang.

Selain itu juga tiupan angin bergerak dari arah barat laut hingga utara dengan kecepatan 05-30 kilometer per jam. Dengan demikian, BMKG mengeluarkan peringatan dini khususnya nelayan dan kapal tongkang guna menghindari kecelakaan laut.

"Kami berharap nelayan waspada dan hati-hati jika melaut karena gelombang di perairan Banten mencapai 2,50 meter," kata Tatang, dikutip dari Antara, Senin 19 Februari.

Ia mengatakan pihaknya juga mengeluarkan peringatan dini waspada hujan lebat disertai angin kencang dan petir yang terjadi di enam wilayah di Banten antara lain Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang.

Cuaca buruk yang terjadi di enam daerah di wilayah Banten berpeluang terjadi pada sore hari dan bisa menimbulkan bencana alam hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, pergerakan tanah,angin kencang dan gelombang tinggi.

"Kami berharap masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam juga dapat meningkatkan kewaspadaan bencana agar tidak menimbulkan korban jiwa," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Pangkalan Pelabuhan Ikan (PPI) Binuangeun Kabupaten Lebak Ahmad Hadi mengatakan saat ini nelayan di daerah itu sekitar 3.600 orang dan sebagian tidak melaut akibat gelombang tinggi 2,50 meter juga tiupan angin.

"Kami minta nelayan waspada jika melaut untuk menghindari kecelakaan terseret gelombang itu," kata Ahmad Hadi.*