Fenomena Komeng Bentuk dari Policy Fallacy Vs Voting Fallacy
Komeng (Instagram @indradewi2242)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadli mengatakan kemenangan Komedian Alfiansyah  Bustami alias Komeng merupakan fenomena Policy Fallacy vs Voting Fallacy.

"Policy Fallacy ini pernah ada kejadian di salah satu Kota di California. Di mana saat itu masyarakat sudah muak dengan janji para pemimpinnya yang tidak ditepati, " katanya melalui pesan tertulis yang diterima VOI., Minggu, 18 Februari.

Fadli menceritakan ada negara bagian di California, ada sebuah kota bernama Sunol. Rakyat Kota Sunol ingin menyerukan aspirasinya.

"Mereka menginginkan Kota Sunol menjadi kota yang keamanannya terjamin. Namun aspirasi rakyat Kota Sunol tidak pernah sampai ke telinga para pengambil kebijakan di kota tersebut. Pada tahun 1981, tibalah masa pemilihan Walikota Sunol. Seluruh rakyat Kota Sunol lebih memilih hewan peliharaan menjadi Wali Kota mereka dari pada memilih politisi, " kata Ahmad Fadli.

Dia melanjutkan masyarakat Kota Sunol memilih anjing yang namanya Bosco Ramos, merupakan jenis anjing Labrador hitam. Bosco telah mencatat sejarah dengan menjadi Walikota selama 13 tahun di Sunol.

"Saat Pemilu, Bosco berhasil menyingkirkan dua kandidat calon walikota yang berasal dari kalangan politisi. Bosco juga melakukan berbagai kegiatan seperti pemimpin pada umumnya yaitu peresmian acara, menghadiri talk show ditelevisi, bahkan mengikuti parade. Kecintaan rakyat terhadap Bosco membuat mereka mengabadikan patung Bosco di bawah tugu jam Kota Sunol, lengkap dengan syal klasik yang biasa dipakai si anjing," tandasnya.

Dia menambahkan fenomena Komeng merupakan bagian dari Policy Fallacy (kesalahan kebijakan) di mana masyarakat memilih dewan berdasarkan voting Fallacy.

"Jika melihat kedua kejadian tersebut (bukan saya mengasosiasikan Komeng seperti Bosco), maka fenomena ini sungguh sangat menggelikan. Ketika para pemimpin yang dipilih tidak mau mendengarkan apa keinginan rakyat dan rakyat yang tidak bisa lagi menyuarakan keinginan mereka kepada pemimpin tersebut, maka Pemilu adalah sebuah momentum penghakiman rakyat," tukasnya.

Sebelumnya diberitakan sosok Alfiansyah Bustami atau akrab disapa Komeng sedang disorot setelah foto kocaknya di kertas suara DPD Jawa Barat viral di media sosial.

Gara-gara foto kocaknya itu, perolehan suara Komeng melesat jauh. Nah, dalam artikel kali ini akan dibahas profil Alfiansyah Komeng.

Perlu diketahui, berdasarkan real count KPU, Komeng sudah mengantongi 719.394 atau 10,45 persen per Jumat 16 Februari 2024 pukul 13.00 WIB. Angka tersebut diprediksi masih akan terus bertambah.

Perolehan suara pemilu untuk DPD di dapil Jabar yang diraih Komeng tak lepas dari foto kocaknya di surat suara.

Komeng menggunakan foto dengan mata melotot seperti ekspresi terkejut. Foto ini tidak lazim digunaka untuk surat suara karena caleg umumnya menggunakan foto formal.

Menyadur Antara, menurut Komeng foto tersebut dipilih karena pihak KPU menyarankan foto yang menggunakan pakaian ciri khas masing-masing dan tampil berbeda. Sebelumnya, Komeng sudah diizinkan oleh KPU terkait foto tersebut.

Masyrakat yang melihat fotonya di surat suara DPD banyak yang merasa terhibur dengan foto pilihan Komeng, bahkan hal tersebut menjadikan orang-orang terfokus pada foto Komeng di surat suara dan memilihnya.

Komeng sendiri menyatakan bahwa dirinya serius mencalonkan diri sebagai caleg DPD. Salah satu misi yang ingin diwujudkan adalah mewujudkan aspirasi seniman Tanah Air.