Bagikan:

JAKARTA – Perolehan suara paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang mencapai kisaran 57-59 persen dalam hitung cepat beberapa lembaga survei disebut karena pengaruh silent majority di Pemilu 2024.

Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei menunjukkan paslon 02, Prabowo-Gibran meraih suara di kisaran 57-59 persen, paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan kisaran 23-25 persen dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan kisaran 16-17 persen.

Menurut Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro, silent majority ini adalah orang yang memilih pasif dalam perdebatan publik tapi bisa membuat besar raihan suara paslon.

“Ini yang disebut sebagai silent majority, di mana orang-orang grass root yang tentunya mereka tidak banyak mewarnai perdebatan publik tapi mereka menjadi pemilih aktif, dan betul-betul datang ke TPS menyuarakan aspirasinya. Itulah yang sepertinya menjadi penyebab mendulangnya angka bagi paslon 02,” terangnya, Minggu 18 Februari.

Dia menilai, silent majority ini berasal dari kalangan grassroot atau akar rumput yang mendapatkan bantuan sosial, orang yang merasakan sentuhan-sentuhan kesejahteraan pada level bawah. Selain itu, tipologi masyarakat Indonesia sebenarnya tidak siap kalau ada pertarungan demokrasi secara liberal.

“Artinya, ada pertarungan terbuka, saling menyerang, saling berbeda pandangan, saling memberi sentimen yang masyarakat Indonesia tidak terlalu, justru orang yang diberikan sentimen negatif itu malah mendapat pantulan positif,” ungkap Verdy.

Dia menduga, sentimen negatif ke kubu 02 berbuah suara ke masyarakat, karena masyarakat merasa iba atau kasihan. Di sisi lain, suara-suara kritis yang mengulik kasus di Mahkamah Konstitusi (MK) dan yang lainnya, relatif dianggap sebagai persoalan elite yang familiar dengan suara kritis dan pertimbangan yang rasional dan tidak tersentuh ke level masyarakat bawah atau grassroot.

Verdy juga menjelaskan, fenomena silent majority makin membesar karena politik kontemporer yang dilakukan oleh paslon 02 dengan selebgram dan influencer yang mampu menggerakkan anak muda dalam menikmati politik itu seolah-olah bagian dari hal yang menghibur.

“Hal itu yang akhirnya membuat mereka tertarik dengan figur gemoy, cara-cara yang lebih menghibur, itulah yang dikontestasi kali ini cukup membuktikan membawa dampak elektoral bagi bergeraknya anak muda dalam mencoblos,” ujarnya.