JAKARTA - Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan mengembangkan vaksin M72 untuk pengobatan tuberkulosis (TB) yang lebih efektif dan akan dimulai pada tahun 2024 ini.
"Kalau TB itu saat ini vaksinnya sudah jadul, BCG -Bacille Calmette-Guerin- itu sejak tahun 1970. Kita di Fakultas Kedokteran UI akan segera melakukan uji klinis untuk vaksin M72, dari Bill and Melinda Gates Foundation, mudah-mudahan bisa menjadi perhatian masyarakat," kata Erlina dalam konferensi pers usai dikukuhkan sebagai Guru Besar di UI Salemba Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu 17 Februari.
Ia menjelaskan, selain mengupayakan vaksin M72 yang saat ini sedang diuji klinis fase tiga, pengobatan TB juga terus dilakukan inovasi dengan mempersingkat masa pengobatan, dari yang awalnya enam bulan menjadi empat bulan.
"Pengobatan TB 4 bulan sedang diupayakan, kita juga telah berupaya melakukan banyak penelitian baru dalam rangka menanggulangi TB di Indonesia, dan nantinya, Badan Pengawas Obat dan Makanan -BPOM- akan berperan menerapkan kebijakan membuat izin edar untuk obat dan vaksin tersebut apabila penelitian telah selesai dan dinilai aman untuk digunakan," katanya.
Ia juga menyebutkan bahwa vaksin yang digunakan sebelumnya, yakni BCG tidak efektif karena hingga saat ini Indonesia masih menempati peringkat kedua tertinggi di dunia dengan kasus TB terbanyak.
"Vaksin baru M72 ini, FKUI yang akan meneliti, kami sedang lakukan uji klinis fase ketiga, dan di fase kedua itu terbukti sudah berhasil menghapus TB sebesar 50 persen, jadi BCG itu tidak efektif," katanya.
Ia mengeluhkan bahwa selama ini kebanyakan dana untuk TB itu dari luar, sehingga ia berharap pada pemerintahan yang baru setelah Pemilihan umum (Pemilu) 2024, lebih banyak perhatian untuk kasus TB ini.
Berdasarkan data yang disampaikan Erlina, kasus TB di Indonesia saat ini mencapai 1.060.000 kasus per tahun, dengan jumlah kematian sebanyak 140.700, yang berarti setiap satu jam, ada 16 orang yang meninggal karena TB.
"Padahal, target eliminasi 2050 itu kita hanya sekitar 320 orang yang menderita TB di Indonesia," katanya.
BACA JUGA:
Terkait target eliminasi TB dengan mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030, Erlina menegaskan bahwa perlu upaya lintas sektor yang berkelanjutan, dengan upaya yang terstruktur dan masif.
"Target eliminasi TB itu tahun 2030, tinggal enam tahun lagi, jadi kita berpacu dengan waktu, sehingga sekarang upayanya harus terstruktur dan masif, karena saat ini yang saya lihat itu di Indonesia orang bekerja sendiri-sendiri, ada yang mengerjakan terapi, diagnosis, tetapi tidak ada orkestrasi," katanya.
Ia juga menekankan agar masyarakat tidak menganggap batuk-batuk sebagai gejala yang sepele, karena bisa jadi hal tersebut adalah gejala TB.
"Kasus TB itu, persoalannya masyarakat baru kaget kalau sudah batuk darah, orang-orang tidak ngerti kalau batuk-batuk itu berbahaya, dianggap sepele, jadi sebagai dokter, kita harus sampaikan bahwa batuk itu tidak normal, sehingga harus ada upaya untuk memeriksakan diri," katanya.