Bagikan:

JAKARTA - Capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo menyebut sengaja mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal jangan pilih pemimpin yang diktator untuk mengingatkan publik. Ia merasa perlu melakukannya karena yang disampaikan sesuai dengan fakta dan jejak digital beredar.

Diketahui, Ganjar ketika debat kelima atau terakhir menyampaikan tidak memilih pemimpin yang diktator dan punya rekam jejak melanggar hak asasi manusia.

Apa yang disampaikannya ini merupakan pernyataan Presiden Jokowi pada saat mengikuti debat serupa pada 2019 saat menjadi capres petahana melawan Prabowo Subianto yang maju bersama Sandiaga Uno.

“Itu yang disampaikan Pak Jokowi, ya (pernyataan penutup saat debat, red). Saya sebenarnya mengutip saja. Maksud saya gini, (saya mengutip, red) agar kita tidak pendek ingatan. Kita jangan mudah lupa, jangan amnesia, dan ada fakta, ada jejak digital,” kata Ganjar saat bicara di podcast eks Ketua KPK Abraham Samad, ‘Speak Up’, dikutip Jumat, 9 Februari.

Ganjar merasa perlu mengingatkan lagi pernyataan itu karena orang berbuat harusnya sesuai antara perkataan dan pikirannya.

“Kalau bahasa kampung kami, ya, jangan ‘isuk dele, sore tempe (pagi kedelai, sore tempe). Malamnya apa, pak? Tempe bosok (busuk),” tegasnya.

“Jangan sampai begitu. Saya hanya mengingatkan dan saya mengutip bahwa pernah loh, suatu ketika Presiden Joko Widodo dalam debat capres 2019 menyoroti pentingnya menghindari calon pemimpin yang memiliki rekam jejak pelanggaran HAM, otoriter, kekerasan atau korupsi,” sambung eks Gubernur Jawa Tengah tersebut.

Alih-alih memilih capres seperti yang disebutkan di atas, Ganjar berharap masyarakat berbuat sebaliknya pada saat 14 Februari mendatang atau ketika pencoblosan. “Sebaiknya memilih pemimpin yang memiliki integritas, komitmen terhadap demokrasi,” pungkasnya.