JAKARTA - Dalam memperingati Hari Kanker Sedunia, Indonesia terus mengalami peningkatan dalam perkembangan pengobatan kanker di Tanah Air. PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), sebagai perusahaan biofarmasi asli Indonesia, memainkan peran pentingnya dalam pengembangan pengobatan kanker di Indonesia dengan mengembangkan produk-produk terapi target kanker.
"Kami sedang mengembangkan dan berproses dalam memproduksi lokal produk-produk terapi target untuk tatalaksana penyakit kanker yang lebih baik serta lebih terjangkau. Etana bekerja sama dengan perusahan-perusahan global dalam pengembangannya," ujar Randy Stevian, Business Development Therapeutic Director Etana, melalui keterangan resminya, dikutip Senin 5 Februari.
Randy menjelaskan, produk-produk terapi target yang dikembangkan, terdapat obat yang digunakan spesifik khusus menargetkan ke sel-sel kanker agar tidak dapat tumbuh atau membuat respons imun tubuh untuk membantu menghancurkan sel kanker. Diketahui, dalam pengobatan kanker itu ada beberapa jenis seperti kemoterapi, terapi target, imunoterapi, radioterapi, pembedahan, dan lain-lain.
"Terapi target berbeda dengan pengobatan kemoterapi yang tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga membunuh sel-sel sehat dalam tubuh sehingga menimbulkan efek samping yang cukup berat seperti rambut rontok, infeksi, mual, muntah, infeksi dan mudah berdarah," imbuhnya.
Kemudian, Randy mengungkapkan bahwa terapi target memiliki banyak manfaat bagi pasien, karena sistemnya yang langsung tertuju pada sel kanker, pasien kanker akan merasakan efek samping yang lebih rendah dibanding kemoterapi.
"Akan tetapi, beberapa terapi target tetap dikombinasikan dengan obat-obat kemoterapi sehingga bisa memperlambat progresi penyakit serta meningkatkan harapan hidup," sambungnya.
Di samping itu, Randy menyebutkan, Etana juga secara aktif juga berkolaborasi dengan pemerintah dalam hal ini mengenai produksi obat-obatan secara lokal. Lalu juga berkolaborasi dengan instansi pendidikan, lembaga riset untuk sama-sama berperan aktif melakukan penelitian berbasis biotechnology yang memiliki manfaat lebih banyak untuk pasien di Indonesia.
"Tantangan utama kita adalah Sumber Daya Manusia (SDM), karena orang-orang yang expert atau experience di industri biopharmaceutical masih belum banyak. Jadi untuk mengatasi tantangan tersebut, Etana mengirim karyawan belajar ke luar negeri untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman," kata dia.
BACA JUGA:
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Cabang Jakarta Raya dr Ikhwan Rinaldi mendukung perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia, termasuk Etana, untuk memproduksi obat kanker dalam negeri.
"Kita sangat senang, karena dengan adanya produksi obat kanker di Indonesia tentu akan membuat harganya menjadi lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Kita sangat support sekali itu," pungkasnya.
Diketahui, Etana turut aktif berkolaborasi dengan Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dalam Hari Kanker Sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Februari. Kolaborasi dilakukan dalam bentuk edukasi interaktif dengan masyarakat untuk menjalani hidup sehat, mencegah kanker, dan aktif mendukung deteksi dini kanker.