JAKARTA - Pejabat Hizbullah Mohammad Raad memperingatkan, Israel tidak siap berperang melawan kelompok militan Lebanon yang didukung Iran itu, mengatakan Israel "frustasi dan malu" atas kekalahan mereka dalam perang melawan Hamas di Gaza.
Raad mengatakan, merupakan suatu kehormatan bagi Lebanon kelompok "perlawanan" di negara tersebut berperang melawan Israel, menuduh negara Yahudi tersebut sebagai "penjaga orang-orang arogan yang menjarah kekayaan kami, mengontrol saluran air kami, memaksakan kehendak mereka pada sejumlah negara dan mendominasi kita."
Ia juga mengatakan, Israel menderita kekalahan di Gaza dan "gagal mencapai tujuannya" dalam segala aspek, yang menunjukkan bahwa "perlawanan akan tetap menjadi yang utama."
"Musuh Israel terpaksa mundur dan mundur karena lelah dan menghadapi perlawanan yang tidak mereka duga, serta telah membuat frustrasi dan mempermalukan semua pihak yang mendukungnya," ujarnya, dikutip dari The Times of Israel 19 Januari.
"Musuh Israel tidak siap berperang menghadapi apa yang telah dipersiapkan oleh perlawanan di Lebanon," tandasnya.
Sebelumnya, kelompok militan Hizbullah dilaporkan menolak usulan awal Washington untuk meredakan ketegangan di perbatasan dengan Israel, termasuk untuk menarik mundur pasukannya, namun tetap terbuka untuk diplomasi dengan Amerika Serikat untuk menghindari perang yang lebih menghancurkan, kata pejabat Lebanon.
"Hizbullah siap mendengarkan," kata seorang pejabat senior Lebanon yang mengetahui pemikiran kelompok tersebut, sambil menekankan kelompok militan itu memandang gagasan yang disampaikan oleh Hochstein pada kunjungan ke Beirut pekan lalu sebagai hal yang tidak realistis, melansir Reuters.
BACA JUGA:
Kendati menolak usulan AS pekan lalu, Hizbullah telah memberi isyarat bahwa setelah perang Gaza berakhir, maka mereka akan terbuka bagi Lebanon untuk merundingkan kesepakatan yang dimediasi mengenai wilayah yang disengketakan di perbatasan, kata tiga pejabat Lebanon, sebuah kemungkinan yang disinggung oleh pemimpin Hizbullah dalam pidatonya bulan ini.
"Setelah perang di Gaza, kami siap mendukung perunding Lebanon untuk mengubah ancaman menjadi peluang," kata seorang pejabat senior Hizbullah kepada Reuters, yang berbicara tanpa menyebut nama dan tidak membahas proposal spesifik.