JAKARTA - Kementerian Perindustrian gencar menumbuhkan pelaku industri kreatif guna berperan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Langkah strategis ini dijalankan melalui berbagai program dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
“Contohnya yang kami lakukan adalah berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Banjarmasin pada event Banjarmasin Sasirangan Festival 2020 untuk menggelar kegiatan creative talk,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin 9 Maret.
Menurut Dirjen IKMA, dalam diskusi kreatif tersebut, mayoritas dihadiri oleh perajin Sasirangan dari berbagai kalangan, termasuk generasi milenial. Peserta cukup antusias menyimak paparan dari para narasumber kompeten.
“Pemateri itu di antaranya Founder dan CEO Adorable Project, Fajar Nugraha, kemudian ada Project Manager Du Anyam, Davit Manalu, serta Founder dan CEO Tuhlabu Sasirangan, Emed,” sebutnya.
Ditjen IKMA Kemenperin juga mendatangkan tim Business Venturing and Development Institute (BVDI) Universitas Prasetiya Mulya.
“Kami punya program Creative Business Incubator, yang bekerja sama dengan BVDI Prasetiya Mulya. Program ini dilaksanakan melalui tupoksi dari satuan kerja di bawah kami, yakni Bali Creative Industry Center (BCIC),” paparnya.
Gati menyampaikan, Founder Tuhlabu Sasirangan merupakan alumni tenant Creative Business Incubator BCIC tahun 2018-2019. Emed berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Juara I Lomba Desain dan Motif serta Pewarnaan Kain Sasirangan tingkat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019.
BACA JUGA:
Gati meyakini, melalui program tersebut, para pelaku industri kreatif pemula bidang kriya dan fesyen akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan bisnisnya (scaling-up) agar bisa lebih berdaya saing, baik di kancah domestik maupun global. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah menciptakan wirausaha industri baru, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Sebab, jumlah pengusaha muda ekonomi kreatif yang berusia di bawah 30 tahun masih sekitar 10,68 persen dari total pengusaha ekonomi kreatif yang mencapai 8,2 juta orang. Oleh karena itu, melalui momentum bonus demografi yang dinikmati Indonesia pada tahun 2030, di mana proporsi usia produktif akan mencapai lebih dari 88 juta jiwa, menjadi peluang untuk menumbuhkan wirausaha muda,” ungkapnya.
Apalagi, ekonomi kreatif memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Capaian ini terlihat pada tahun 2016 yang menyumbang hingga Rp922,59 triliun, dan meningkat menjadi Rp1.102 triliun sepanjang tahun 2018. Artinya, dalam tiga tahun nilainya mampu melonjak 19,45 persen.
Adapun tiga subsektor industri kreatif yang memiliki kontribusi terbesar, yaitu industri kuliner (41,69 persen), industri fesyen (18,15 persen) dan industri kriya (15,70 persen).
“Maka itu, salah satu tujuan kami menumbuhkan perajin kain khas Sasirangan di Banjarmasin, yang dalam beberapa tahun terakhir telah diarahkan oleh Pemerintah Kota untuk menggunakan bahan pewarna alam yang ramah lingkungan,” tutur Gati.