Kemenhub Persiapkan Rute Alternatif Bagi Jalan dan Jembatan yang Rusak
Pekerja memeriksa kondisi jalan tol yang ambles di ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu 10 Februari. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan terjadi pada periode Januari-Februari 2021. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) meminta masyarakat, operator, untuk mewaspadai adanya potensi bencana yang mengganggu sistem transportasi.

Ditjen Hubdat mencatat ada beberapa gangguan sistem transportasi akibat bencana alam yang disebabkan curah hujan tinggi. Mengingat selama periode Januari-Februari 2021, ada beberapa bencana yang terjadi mulai dari banjir di Kalimantan Selatan hingga amblasnya ruas jalan Tol Cipali

"saat ini 95 persen wilayah Indonesia tengah memasuki musim hujan sedangkan 5 persne wilayah masih mengalami musim kemarau. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat meminta masyarakat, operator, maupun petugas di lapangan untuk mewaspadai adanya potensi bencana," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi dalam keterangannya, Kamis, 19 Februari.

Dirjen Budi menjelaskan perbaikan infrastruktur telah mulai dilakukan. Meski begitu dirinya meminta setiap pihak turut berkoordinasi dalam pengalihan arus lalu lintas secara fungsional.

Menurutnya ada beberapa dampak yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Namun kerusakan jalan dan jembatan yang terjadi bisa menyebabkan antrian panjang bagi distribusi truk angkutan barang.

"Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan tinggi yakni terganggunya sistem logistik nasional, keselamatan serta mobilisasi masyarakat pengguna jalan akan terganggu, serta kerusakan infrastruktur karena kerusakan jalan akibat longsor dan banjir," jelas Dirjen Budi. 

Sementara dari BMKG menjabarkan bahwa dalam prakiraan cuaca berbasis dampak, di prakirakan propinsi-propinsi yang terdampak banjir dalam status siaga adalah Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada wilayah selatan Indonesia berpotensi memiliki tekanan udara yang rendah sehingga bisa menjadi bibit badai tropis dan angin kencang. 

"Dengan adanya perkiraan curah hujan tinggi hingga beberapa minggu ke depan dan adanya potensi dampak banjir atau tanah longsor di beberapa wilayah diharapkan semua pihak berkoordinasi untuk mengantisipasi segala risiko dari potensi bencana," urainya.

Sejauh ini telah disiapkan beberapa simulasi penanganan pengaturan arus lalu lintas bila terjadi bencana banjir dan tanah longsor di ruas jalan, yakni:

1. Contra flow dengan melakukan rekayasa lalu lintas lawan arus yang didukung dengan rambu-rambu pengaman;

2. Sistem buka tutup yang akan dilakukan melalui rekayasa lalu linta buka tutup jalan jika terjadi bencana;

3. Pengalihan arus lalu lintas menuju jalur alternatif;

4. Melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas oleh petugas.