Bagikan:

JAKARTA - Jalan tol di Indonesia cukup sering bermasalah mulai dari ambles hingga berlubang. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai penyebabnya merupakan masalah yang berulang. Padahal, menurut dia, seharusnya pengelola jalan tol dapat mengantisipasinya.

Djoko mengatakan ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan jalan tol yaitu daya dukung konstruksi dan daya dukung lingkungan di sekitarnya. Keduanya harus dijalankan, tidak bisa hanya satu. Sebab bisa jadi menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Lebih lanjut, Djoko berujar daya dukung lingkungan di tempat pembangunan jalur tol dapat diketahui melalui rekomendasi studi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Menurut dia, AMDAL merupakan hal krusial yang juga harus diperhatikan sebelum membangun jalan tol.

Sebagai contoh, kata Djoko, baru-baru ini amblasnya jalan tol Cikampek-Palimanan (Cipali) di kilometer (KM) 122 arah Jakarta diduga disebabkan oleh tidak dijalankannya rekomendasi AMDAL saat pembangunan jalan tol.

Amblesnya jalur tol tersebut membuat jalan tidak bisa dilalui dan petugas memberlakukan contraflow atau sistem lawan arus di lokasi. Akibatnya, terjadi kepadatan dan membuat distribusi logistik tertanggung.

"Jadi AMDAL itu dugaan saya tidak pernah dilaksanakan. Artinya kita bukan bicara daya dukung konstruksi jalan. Tapi juga bicara daya dukung lingkungan. Lingkungan sekitarnya itu bagaimana? Mendukung enggak? Kita harus buka dokumen AMDAL itu. Mestinya dalam pembangunan dulu, itu dokumen AMDAL dibuka, dilihat rekomendasinya. Saya yakin tidak dilakukan," tuturnya, saat dihubungi VOI, di Jakarta, Selasa, 9 Februari.

Kata Djoko, pembangunan jalan Tol Cipali ini hanya memperhatikan masalah konstruksinya. Sedangkan, rekomendasi AMDAL tidak diperhatikan. Padahal, bisa jadi dalam rekomendasi itu dijelaskan apa saja yang harus dilakukan sebelum membangun jalan tol.

"Mungkin ada rekomendasi AMDAL yang belum dilaksanakan. Jadi ini persoalan lingkungan. Jangan hanya bicara konstruksi. Bagaimana daya dukung lingkungan. AMDAL itu kasih rekomendasi ini itu item-nya, siapa yang melakukan (pengawasan saat pembangunan tol) itu? Tidak ada. Tol Sumatera juga sama," ucapnya.

Dugaan Djoko ini diperkuat oleh fakta bahwa Tol Cipali juga pernah ambles karena banjir di tahun 2016. Titiknya berada di kilometer 79 tepatnya di wilayah Kampung Citenjo, Desa Cimahi, Kecamatan Campaka, Purwakarta, Jawa Barat. Di titik ini bahu jalan Tol ambles sepanjang lima meter dengan kedalaman di atas 10 meter.

"Pernah tahun 2016. Kena banjir juga. Banjir sudah beberapa kali di Cipali itu. Cuma titiknya beda. Tidak separah saat ini. Jadi kemungkinan pada saat dibangun itu, studi AMDAL tidak dilihat. Tidak ada yang mengawasi, coba tanya Kementerian PUPR," ujarnya.

ODOL penyebab jalan tol berlubang

Tak hanya amblas, jalan di tol-tol juga banyak yang rusak dan berlubang. Truk dengan muatan berlebih atau yang biasa disebut over dimension over load (ODOL) menjadi penyebabnya. Djoko menilai persoalan ini pun merupakan masalah lama yang terus terulang.

"Selama pandemi COVID-19 truk ODOL merajalela. Tidak ada tilang. Jadi sedikit banyak juga berpengaruh pada kerusakan jalan, kaya di Tol Cikampek. Rumit itu. Masalahnya kompleks," katanya.

Di tambah lagi, kata Djoko, hujan deras yang terus mengguyur di sebagian wilayah di Indonesia, menjadikan jalan tol semakin sering terguyur air hujan dan menciptakan genangan. Hal tersebut membuat aspal jalan menjadi rapuh.

Lebih baik, Djoko berujar, jika pengguna jalan menemukan kondisi seperti itu untuk menghindar dan mencari alternatif jalan lain. Namun, menurut dia, jika hanya hujan, terutama di tol, kurangi kecepatan sembari mencari informasi tentang kondisi tol yang akan dilewati.

Sebelumnya, sempat viral di media sosial puluhan mobil mengalami pecah ban di jalan Tol Jakarta-Cikampek kilometer (KM) 39. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu, 7 Februari. Penyebabnya karena kondisi jalan yang rusak dan berlubang.

Jasa Marga mengakui adanya kejadian tersebut dan telah menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa tersebut. Kendaraan yang mengalami pecah ban diminta untuk mengajukan klaim kerusakan atau ganti rugi.

Sebagai tindak lanjut, Jasa Marga memastikan pihaknya telah memperbaiki jalan berlubang tersebut. Jasa Marga juga melakukan perbaikan jalan di ruas Tol Jakarta-Cikampek. Lokasi pekerjaan berada di lajur 2 di KM 35+212 sampai KM 35+307 jalur arah Cikampek. Pekerjaan sepanjang 95 meter dilaksanakan mulai pukul 15.00 WIB sampai Jumat, 12 Februari pukul 13.00 WIB.

Jasa Marga telah menyiapkan mitigasi risiko untuk mengantisipasi kepadatan imbas pekerjaan tersebut. Salah satunya dengan memberlakukan skema buka-tutup lajur sebagian lajur 1 dan lajur 2 pada KM 35+212 hingga KM 35+307 jalur arah Cikampek.