Bagikan:

YOGYAKARTA - Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) menjadi salah satu topik yang ditanyakan oleh panelis dalam debat calon presiden (Capres) yang digelar pada Minggu (7/1). Pertanyaan mengenai hubungan internasional tersebut diberikan kepada paslon nomor 2 Prabowo Subianto. Lantas apa itu kerja sama Selatan-Selatan dan bagaimana tanggapan para capres?

Panelis mempertanyakan pandangan dan strategi para capres dalam menjalin hubungan diplomasi dengan negara Selatan-Selatan. Capres Prabowo Subianto mendapat pertanyaan bagaimana peta jalan Indonesia dalam menyusun kerja sama dengan negara-negara Selatan-Selatan. 

Sebagai informasi, Indonesia menginspirasi dunia dalam membangun KSS sebagai inisiator Dasasila Bandung 1955. Apa itu Kerjasama Selatan-Selatan penting untuk diketahui oleh masyarakat. 

Apa Itu Kerjasama Selatan-Selatan?

Istilah Selatan-Selatan digunakan untuk menyebut negara-negara berkembang. Secara geografis, kebanyakan negara-negara berkembang di dunia memang berada di bagian selatan bumi, seperti Asia Selatan, Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. 

Kerjasama Selatan-Selatan adalah wujud solidaritas antar masyarakat dan negara-negara Selatan yang berkontribusi terhadap kesejahteraan nasional, kemandirian nasional dan kolektif, serta pencapaian tujuan pembangunan yang disepakati secara internasional, termasuk Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. 

Kantor PBB mendorong peningkatan semangat kolaboratif Kerjasama Selatan-Selatan. Kantor PBB mempromosikan dan memfasilitasi KSS untuk pembangunan pada basis global dan sistem PBB yang luas. 

KSS dipandang sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan global secara keseluruhan. Kerjasama antara negara berkembang ini juga dinilai sebagai upaya “win-win solution” yang memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, baik yang menyumbang pengetahuan maupun negara penerimanya. 

Posisi Negara Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan

Indonesia memiliki sejarah panjang terkait peranannya dalam KSS sejak menjadi pelopor Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Hasil dari konferensi tersebut menjadi dasar solidaritas dan kerjasama dengan negara-negara berkembang yang kala itu baru lepas dari kolonialisme. 

Dalam pelaksanaan KSS, Indonesia memegang pedoman pada Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Kerjasama internasional ini sangat penting untuk tujuan politik luar negeri Indonesia dalam memperluas jaringan diplomasi secara global.

Selama periode 2010-2021, KSS Indonesia telah terlaksana sebanyak 1.011 program dengan sejumlah 10,472 peserta penerima manfaat. Berdasarkan data dari situs Kemlu RI, tercatat ada 324 program untuk pembangunan manusia dengan mayoritas program di bidang pendidikan dan keamanan pangan. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 164 program ditujukan guna meningkatkan kemakmuran (prosperity) terutama bidang industri dan infrastruktur, serta pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Ada juga sebanyak 160 program untuk menjaga bumi, terutama program konsumsi dan produksi berkelanjutan. Lalu ada 190 program untuk menguatkan perdamaian dan tata kelola kemitraan global (partnership).

KSS Indonesia dipandang bisa memberikan manfaat sebagai jembatan antara kebutuhan penerima manfaat dengan kepentingan Indonesia, peningkatan citra positif di tingkat regional dan internasional, serta implementasi diplomasi: diplomasi politik, diplomasi kedaulatan, diplomasi ekonomi, dan sosial budaya. 

Strategi Capres untuk Kerjasama Selatan-Selatan

Capres nomor 2 Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia sudah menjadi panutan di antara negara Selatan-Selatan. Posisi kehormatan tersebut berkat keberhasilan RI dalam menjaga ekosistem ekonomi. 

"Jadi leadership kita akan tercermin dan ter impact oleh keberhasilan kita mengelola kemiskinan di negara kita, rakyat kita, menjadi negara industri. Itu yang akan membuat kita memimpin dunia Selatan," ucap Prabowo.

Sementara itu capres nomor 1 Anies Baswedan menekankan bahwa Indonesia harus merangkul apa yang menjadi agenda dalam Kerjasama Selatan-Selatan. Ia menyampaikan bahwa Presiden harus menjadi panglima diplomasi, bukan hanya sebagai penonton. 

Ganjar Pranowo, capres nomor 3, mengatakan bahwa Selatan-Selatan punya potensi yang luar biasa. Menurutnya, Indonesia bisa memanfaatkan potensi ini untuk bekerja sama dan mengembangkan peluang-peluang industri seperti baterai mobil listrik.  

Demikianlah ulasan mengenai apa itu Kerjasama Selatan-Selatan yang ditanyakan dalam debat Capres. KSS Indonesia memiliki peran internasional untuk menjadi bagian dari solusi mendorong pembangunan berkelanjutan di dalam negeri maupun secara global. Baca juga Prabowo kecewa dengan Anies dan Ganjar dalam debat Capres. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan kabar terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.