Waspada Curah Hujan Tinggi di 2024, Moeldoko Minta Perhatikan Pengaruh Hasil Tanam Terhadap Situasi Sosial Politik
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan, (KSP) Moeldoko menghimbau kemungkinan terjadinya ancaman nyata yang mengintai kelangsungan produksi pangan dunia, termasuk di Tanah Air.

Hal tersebut dikarenakan adanya prediksi puncak musim hujan pada akhir Januari hingga Februari 2024.

Disebutkan, kenaikan suhu bumi berpengaruh besar pada pertanian serta perkebunan. Sehingga menjelang tahun 2024 nanti, Moeldoko mengatakan perlunya tata kelola persoalan pangan dalam negeri. Meskipun dengan adanya impor 3 juta ton beras dari India dan Thailand, sebut Moeldoko, perlu adanya persiapan khusus untuk agar tidak ada kegagalan tanam dan panen.

“Kementan dan BMKG supaya bersinergi untuk memonitor perkembangan informasi cuacanya,” ujar Moeldoko dalam Rapat Koordinasi Optimalisasi Hasil Pertanian Pangan dan Hortikultura di Bina Graha, Jakarta, Jumat 29 Desember.

Moeldoko turut menyatakan kondisi politik nasional juga dapat mempengaruhi persoalan pangan. Menyikapi hal tersebut, ia menambahkan bahwa persoalan pangan jangan diperburuk dengan adanya kegagal panen.

“Kita akan masuk tahun politik, kita pahami bahwa persoalan pangan itu bukan sekedar persoalan perut ini bisa digeser ke urusan politik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa secara berkala BMKG akan terus mengupayakan prediksi serta monitoring melalui satelit suhu muka laut perbulannya.

Pada pengawasan berkala tersebut akan dilakukan 3 kali per 10 hari. Terkait El Nino, jelas Dwikorita masih akan terjadi namun tidak akan berdampak besar seperti pada bulan Juli hingga Oktober lalu.

“Terdapat angin dari arah Asia yang membawa uap air, dan ini akan meminimalisir El Nino dan hanya berpengaruh pada lambatnya musim hujan, yang seharusnya di bulan Oktober tetapi di bulan November,” jelas Dwikorita.

Lebih lanjut, pada Maret 2024, tambah Dwikorita pertanian akan terdampak di bagian Jawa karena curah hujan bulanan masuk pada kategori tinggi dengan batasan curah hujan mencapai 300-500 mm dalam 1 bulan.

Selain persoalan panen dan hortikultura, ujar Dwikorita, perlu diwaspadai terjadinya Karhutla di tahun 2024.  “Tetap terjadi kekeringan di bulan Juni-Juli sampai September, waspadai karhutla,” jelasnya.

Selain itu, Dwikorita menjelaskan terdapat data empiris dari BMKG yang menyatakan kaitan El Nino dengan berbagai peristiwa sosial politik yang cukup besar di Indonesia.

Antara lain seperti di 1959 terjadi Dekrit Presiden, tahun 1965 peristiwa G30S, tahun 1974 terjadi Peristiwa Malari, tahun 1984 dengan peristiwa petrus, kemudian 1998 terjadi El Nino yang sangat kuat dan terjadi reformasi. Hal ini kemudian diteruskan kepada Pemerintah, sehingga mulai dapat diantisipasi pada tahun 2015 hingga 2019.

“Perlu di waspadai kondisi cuaca dengan kondisi alam, terdapat data grafik yang menunjukkan kejadian El Nino yang mengakibatkan kekeringan itu ternyata korelatif dengan gangguan sosial politik,” kata Dwikorita.

Terkait